Minggu, 25 Mei 2008

ALLAH MEMBERI BUKAN KARENA DOAMU

Terlambatnya pemberian Allah setelah engkau bersungguh – sungguh berdoa jangalah meyebabkan dirimu berputus asa, ketahuialah Allah menjamin doa yang kau panjatkan ( Tetapi )sesuai dengan pilihannya ( Kehendaknya ), bukan karena kehendakmu.”

Adab orang berdoa adalah memperhatikan tata kesopanan dan merendahkan hati. Permintaan yang kaulakukan bukan terhadap sesam manusia, tetapi permohonan kepada Rajanya para raja. Seorang bawahan jika menghadap raja, ia menata sikapnya sebaik mungkin. Berjalan berjongkok, bahkan beringsut. Cara bicaranya diatur jangan sampai keliru. Sikapnya sangat hati – hati, jangan sampai membuat raja merasa tidak senang. Ia benar – benar menunjukan kehambaannya sebagai orang yang ta berarti. Jika mengajukan permohonan, maka tidak memaksa kehendaknya. Dikabulkan atau tidak itu urusan raja. Namun dalam hati digantungkan harapan, semoga permohonanNya diluluskan. Jika diluluskan, ia keluar istana dengan senang hati, tetapi tidak berbangga hati. Ia tida pernah berkata kepada orang – orang diluar istana bahwa permohonan raja itu atas kehendaknya. Tetapi terkabulnya permohonan itu karena kehendak raja.

Lalu bagaimana sikap kita dalam berdoa? Sesungguhnya Allah lebih pemurah dari raja dunia. Karena maha pemurah, maka tak ada halangan bagiNya untuk mengabulkan doa hamba-hambanya. Hanya saja , kapan doa itu dibalas dengan rahmat. Waktunya terserah Allah. Sebab dia yang punya hak untuk itu.

Seringkali manusia mengeluh, sampai – sampai dia berani menyalahkan Tuhannya. Ini merasa doanya tidak dikabulkan. Ia sudah lelah berdoa, tetapi belum juga ada perubahan bagi nasinya. Orang – orang semacam ini tidak berbaik sangka kepada Allah Swt. Jika ia berbaik sangka, tentu hatinya akan yakin bahwa Allah membalas doanya. Hanya saja balasan itu tidak secepat yang dia harapkan, karena Allah jua yang berkehenda memilih waktunya yang tepat.

Jika doa terkabul dalam waktu yang tepat sesuai harapan, maka janganlah mengira bahwa rahmat itu karena doa kita. Jangan menyangka karena kita dekat dengan Allah dan merasa setiap ucapan dikabulkan. Sama sekali tidak! Rahmat dan pemberiaNya bukan karena kehendak doa kita. Jika karena doa kemudian Allah menuruti kemauan hambanya, maka dimanakah letak kekuassan Allah. Jika demikian Allah bisa diatur sekehendak hambanya.

Oleh karena itu sesungguhnya yang kita lakukan hanyalah berdoa. Karena berdoa adalah kebutuhan sebagai sarana untuk menyandarkan diri kepada kekuasaanNya. Masalah dikabulkan atau tidak itu menjadi urusan Allah Swt. Jika dikabulkan bukan berarti Allah menurutu kehendak hambanya, jika pemahaman ini direnungkan, maka kita tak akan berputus asa dalam berdoa.

Sesungguhnya berdoa itu merupakan bagian dari ibadah. Setiap kita butuh apa saja, hendaknya bersandar hanya kepada Allah dengan hati berpengharapan. Dengan hati yang berprasangka baik kepadanya. Jangan lalu berputus asa manakala doa belum terkabul. Yakinlah dalam hati, setiap doa pasti dikabulkan oleh Allah Swt. Bukankah dia sudah berjanji seperti dalam surat Albaqoroh ayat 186 :

”Dan jika hambaku bertanya tentang aku, maka (katakanlah) bahwa aku sangat dekat dengannya. Aku mengabulkan permintaan orang yang meminta. Jika ia mau berdoa kepada ku. Hendaklah meraka memenuhi kehendaKu, dan beriman kepadaKu, agar mereka senatiasa berada dalam kebenaran.”

Surat Al-Mukmin 60

”Berdoalah KepadaKu, Pasti Akan Kukabulkan”

Seandainya orang berdoa tahu bahwa terkabulnya doa dipilih Allah saaat diakhirat, maka itu lebih baik daripada diberikan di dunia. Sebab nilai rahmat di akhirat lebih besar dibandingkan nilai rahmat didunia.

Hendaknya kita bersyukur, karena sesuatu yang ditentukan dan dipilih Allah adalah sebaik – baik pilihan buat kita. Meskipun kadang –kadang kita menilai bahwa sesuatu yang kita terima ini tidak menyenangkan. Namun sesungguhnya dibalik ketidaktahuan kita itu tersimpan hikmah yang sangat besar.

Marilah kita renungkan firmanNya dalam surat Al – Baqoroh ayat 216 :

”Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal sesuatu yang kamu benci itu baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyenangi sesuatu, padahal sebenarnya sesuatu yang kamu cintai itu amat buruk bagimu. Allah mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui.”

Rosulullah juga menegaskan dalam sabdanya :

”Tidak seorangpun yang berdoa melainkan allah pasti akan mengabulkan doanya, atau dihindarkan bahaya padanya atau diampuni sebagian dosanya selama ia tidak berdoa untuk sesuatu yang menjerumus pada dosa memutus hubungan sanak famili.”

Sekarang yang perlu dilakukan oleh seorang hamba adalah berdoa, bergantung dan yakin pada cara – cara yang sempurna dari Allah. Karena Dia mengetahui keadaan hambanya sebenar – benarnya.

KERAGU-RAGUAN HANYA MENGOTORI MATA HATI DAN MENGGELAPKAN INDERA KEENAM

”Jangan sekali – kali meragukan janji Allah yang waktunya sudah pasti datang, namun belum datang jua. Agar keragu-raguan itu tidak mengotori mata hatimu dan memadamkan cahaya nuranimu”

sesungguhnya janji Allah itu benar. Dia tidak pernah ingkar janji kepada makhluknya. Meskipun manusia itu ingkar kepadanya, durhaka dan berbuat dosa, tetapi Dia tidak pernah mengubah rahmatNya. Sebab Allah meha pemurah dan bijaksana.

Kebanyakan orang menatap liku – liku kehidupan dan berbagai macam keadaan ini hanya dari mata kepalanya. Bukan dengan mata hatinya. Lalu timbul keluhan, mengapa orang yang durhaka, tetapi nasibnya baik dan beruntung. Sedangkan orang yang taat tampaknya hidup serba susah. Lalu terjadi kebimbangan dihati sehingga menganggap Allah tidak menyayangi orang yang taat tetapi justru memberi rahmat orang yang durhaka.

Dalam melihat sesuartu hendaknya engkau juga menggunakan mata hatimu. Sesungguhnya jika kita melihat dengan mata batin, maka akan tahu bahwa sesungguhnya Allah itu maha adil dan bijaksana. Jangan menyamakan Allah dengan manusia. Karena Allah maha penyabar, ia tidak akan mengubah takdirNya. Sekalipun terhadap orang – orang yang membangkang.

Oleh karena itu hendaknya kita menanamkan keyakinan dalam hati bahwa Allah selalu baik kepada hambaNya. Lebih – lebih kepada hamba yang taat, yang shalih, yang sopan dan beriman. Doa kita pasti di kabulkan. Karena Allah tak pernah ingkar janji.

SesungguhNya apa yang dijanjikan Allah pasti datang. Hanya saja kadang-kadang tidak secepat harapan. Jika ragu – ragu terhadap janji Allah, maka keraguan itu dapat membutakan mata hati dan menutup ketajaman indra ke enam.

Senin, 05 Mei 2008

ALLAH TIDAK DAPAT DIPANDANG DENGAN MATA KEPALAv

“Diantara tanda – tanda yang menunjukan kepadamu akan adanya kekuasaan Allah yang maha suci dan maha tinggi adalah Dia dapat menghalangimu dari melihat kepadaNya dengan apa yang tidak wujud bersamaNya.”

Jika kita telah mempelajari ilmu ma’rifat, kemudian dapat bergikir sehingga mampu menelaah kegaiban (di balik kehendak Allah atas diri kita), mampu menunaikan ibadah,beramal shalih dan memelihara hati dari kotoran – kotoran yang tercelah, maka hendaklah berhenti sampai disitu. Janganlah kita berharap yang lebih tinggi lagi, yaitu melihat Allah dengan mata kepala. Itu Tidak Mungkin. Justru dapat merusak Akidah saja.

Tujuan mempelajari limu ma’rifat bukan untuk melihat Allah dengan mata telanjang. Tetapi untuk menjernihkan hati dan menajamkan indera keenam, sehingga mamapu menang kap yang tersirat dari yang tersurat.

Kadang – kadang orang menempuh jalan ma’rifat kemudian mengaku dapat melihat Dzat Allah. Itu omong kosong, sesungguhnyayang tampak bukanlah wajah Allah, melainkan ilusi – ilusi yang mempermainkan fikirannya kemudian mempengaruhi pandangan matanya.

Apabila menempuh amal ma’rifar dan ilmu tasauf hendaknya seseorang memasang niat, bahwa dirimu inging mengabdi pada Allah karena kecintaannya.

Sadarilah bahwa godaa para auliya itu sungguhluar biasa banyaknya.tipuan- tipuan dan jebakan setan selalu mengintai,mulai dari yang sederhana sampai dalam bentuk yang benar – benar halus. Jangan mengira kerena amal yang kita lakukan dapat menjadi penyebab utama dibukakan hijab sihingga dapat melihat Allah.

Jangan pula tertipu oleh orang – orang yang berlagak sebagai sufi dan ma’rifat, lalu ia melakukan amalan – amalan yang berlabihan, kemudian mengaku bisa berhubungan langsung dengan Allah, itu omong kosong kita tertipu. Atau mungkin diri kita pernah merasapernah mengalami kejadian yang hebat, seakan – akan dapat berbicara dengan tuhan, maka hal itu merupakan tipuan setan. Manusia di dunia ini mustahil bisa melihat wajahnya Allah. Jangan kan manusia setingkat kita, nabi Muhammad saja tidak pernah melihat Dzat Allah. Nabi Musa As tersungkur manakala melihat tanda – tanda Dzat Allah. Padahal ditampakan kepadanya itu hanya kecil hanya sedikit.

Hijab Allah merupakan bukti kebesaran AllahSwt. Manusia bisa mengenal penciptaNya melalui pengamatan ciptaanNya; yakni alam sekitaar ini. Karenanya, Allah selalu mengetahui makhlukNya, dia selalu mengintai koita sekalipun manusia bersembunyi di lubang semut. Tetapi Allah yang karena kebesaranNya luar biasa sampai – sampai kita tak mampu meliht ”Bentuknya.”

Dalam alquran diterangkan :

”Dia yang paling awal dan yang paling akhir. Yang paling dilahir dan paling batin. Dan dia yang maha mengetahui segala sesuatu. ( Qs. Al Hadid 3 )

Jika Manusia mengaku dapat melihat Dzat Allah, maka sesungguhnya itu terjebak dalam khayalan. Padahal Allah tidak bisa dibayangkan atau dikhayalkan dengan sesuatu. “Tidak ada sesuatu yang serupa dengan Nya, dan dia yang maha mendengar lagi maha melihat ( Qs. Asy Syuura 7).

Rabu, 23 April 2008

KEBUTAAN MATA HATI DISEBABKAN TIPUAN PEMANDANGAN DUNIAWI

”Jika mengejar sesuatu yang sudah di jamin oleh Allah engkau lakukan dengan sungguh-sungguh. Tetapi kewajibanmu engkau abaikan. Inilah bukti bahwa mata hati telah buta.”

Allah maha kaya, Maha Memiliki segalanya . Dia tidak pernah lupa menjamin kebutahan hidup dan rejeki makhluk-makhlukNya. Tidak ada alasan ragu sedikit pun terhadap urusan duniawi . Tidak ada alasan sibuk memikirkan nasib di masa mendatang . Kita tida pernah tahu apa yang terjadi besok.

Sudah jeleas-jelas Allah memberi jaminan rejiki dan penghidupan. Tetapi seringkali mengejarnya, sampai-sampai lupa diri. Allah itu datang.

Karena sibuk mengejar sesuatu yang tidak pasti berada di tangan, Kita korbankan urusan yang lebih besar; urusan akhirat.

Tidaklah kita malu terhadap makhluk Allah Swt. Yang bernama cecak. Padahal dia sangat lemah dan tidak mempunyai kemampuan untuk mengejar rejekinya. Bayangkan, biantang cecak tidak dapat terbang., tetapi makanannya berupa nyamuk yang pandai terbang. Dia hanya merayap di dinding dan menanti nyamuk datang mendekat. Meskipun demikian, perut cecak tidak pernah kosong. Allah Swt menjamin binatang yang lemah itu dengan rejeki atas kehendaknya.

Cobalah direnungkan agar tidak menjadi rakus mengejar – ngejar rejeki yang sudah pasti. Agar kita tidak begitu mudah mengorbankan perkara yang lebih utama.

Akibat tenggelam dalam lautan duniawi, mengejar yang sudah pasti, lalu kita lupa diri ini adalah seorang hamba, punya kewajiban – kewajiban yang harus dilaksanakan. Inilah yang disebut buta mata hati.

JIWA YANG TENANG

“kengankanlah jiwamu dari urusan duniawi, sebab apa yang telah dijanjikan Allah, janganlah kamu turut memikirkannya.”

Kerisauan jiwa kebanyakan disebabkan permainan pikiran yang selalu was- was, selalu mengkhawatirkan kejadian – kejadian “tidak enak” yang akan menimpa.

Orang tidak tenang karena membuang – buang energi untuk mencemaskan apa yang akna terjadi esok hari, lusa, setahun kemudian atau masa depannya. Ketakutan itu akrena takut nasibnya tidak beruntung. Padahal kejadian “Buruk” yang dikhawatirkan itu belum tentu dialaminya.

Orang yang mempunyai ketajaman mata hati akan selalu berpegang pada surat Ath Thalaq ayat 3 :

“ barang siapa yang mau bertawaqal ( Berserah diri ) kepada Allah, pasti dia akan mencukupu kebutuhannya.”

Dengan begitu ia tidak sibuk mengurusi urusan allah yang dia sendiri tidak pernah mengetahuinya, apakah benar – benar terjadi atau tidak pada dirinya.

Jika sebagai hamba kemudian kita ikut intervensi urusan Allah, maka tentu hal itu merupakan sikap yang tidak tahu diri. Yang demikian merupakan sikap yang tidak sopan.

Sebagai seorang hamba haruslah percaya sepenuh jiwa bahwa dia yang menetapkan cara dan sarana penghidupan untuk memenuhi makhluknya.

Bukankah Rosullullah pernah bersabda :

”Seandainya kalian bertawakal kepada Allah dengan sepenuh hati, pasti kamu akan mendapati rejeki seperti rejekinya burung yang ketika pagi meninggalkan sarang perutnya kososng, ketika sore hari pulang ke sarang perutnya penuh.”

(HR. At Turmidzi)

Oleh karan itu, kewajibanya kita adalah mengikuti kehendak Allah dengan senang dan dengan itikad yang baik. Khusyuklah dalam menjhalankan ibadah secara benar. Jadilah hamba yang baik, yang patuh dan tidak pernah sibuk memikirkan urusanNya.

KEINGINAN BERLEBIH – LEBIHAN DAPAT MEMBUTAKAN MATA HATI

“Bagaimana mungkin hati dapat bercahaya, sedangkan didalam nya tertulis lukidan duniawi, atau bagaimana mungkin hati dapat menuju Allah kalau ia masih terikat oleh syahwat (Keinginan). Bagaimana hati akan mempunyai keinginan yang kuat agar masuk kepada kehadirat Allah padahal hati nya belum suci dari (janabah) kelalaiannya, atau bagaimana bisa berharap agar bias mengerti rahasia – rahasia yang halus, padahal ia belum bertobat untuk menebus kesalahannya”

Orang yang beriman tentu menginginkan hatinya memancarkan cahaya untuk mengenal Allah dengan penglihatan indera keenam. Namun hal itu tidak dapat dirasakan jika didalam hati masih ada goresan – goresan gambaran keadaan dunia, liku – liku kehidupan yang semu. Goresan tentang lika – liku kehidupan yang masih menempel didalm hati bisa menyebabkan kegelapan Qolbu. Jika hati menjadi gelap, tidak mungkin dapat memancarkan cahaya. Sinar keimanan tidak dapat menembusnya. Indera keenam menjadi tumpul.

Agar hati dan indera keenam dapat bercahaya, dan dapat mengenal keajaiban – keajaiaban Allah, yang harus diperkatikah hendaklah goresan – goresan tentang dunia yang dipandang oleh mata yang kemudian menempel dihati haruslah disingkirkan. Hal itu merupakan belenggu nafsu. Selama nafsu membelenggu hati, maka jangan diharapkan akan sampai kepada Allah, jangan berharap dapat melihat keajaiban – keajaiban Allah.

Didalam alquran diterangkan surat An – Naziat 40 – 41

“Dan adapun oran – orang yang takut atas kebesaran tuhannya dan mau menahann hawa nafsu dari keinginannya, maka seseungguhnya syurgalah temapat tinggalnya”

Selain itu hendaklah kita membersihkan jiwa dari kesalahan – kesalahan, baik kesalahan terhadap Allah maupun terhadap sesame manusia. Orang yang mempunyai kesalahan diibaratkan ia sedang menanggung janabah (Junub), yaitu hadast besar yang terlebih dahulu ia harus mandi. Adapun mandi dari kesalahan adalah Bertaubat.

Orang yang mengharapkan ilmu dari Allah, yang mana dengan ilmu itu dapat menyingkap segala yang ghaib, haruslah bertaubat dan bertakwa. Orang yang bertakwa tidak mungkin melakukan perbuatan buruk dan rendah. Karena taqwa dan perbuiatan buruk adalah dua hal yang bertolak belakang. Musthail kedua hal itu bisa bersatu.

Oleh karena itu, janganlah kita menuruti keingnan – keinginan yang melantur setinggi langit. Keinginan itu bermuara pada peguasaan harta benda, kenikmatan dan jabatan duniawi. Jika kita mengumbar keinginan yang rendah tersebut, maka tidak mungkin dapat mempertajam mata hati, jangan berharap untuk menggunakan indera keenam untuk menyingkap perkara ghaib.

JANGAN MEMBANGGAKAN JERIH PAYAH DAN AMAL PERBUATAN

“ Orang yang membangga-banggakan jerih payah dan amal perbuatannya, ketika gagal akan berkurang harapannya terhadap Ramat Allah “ Sebagai orang yang belajar ilmu ma’rifat, maka janganlah kita mempunyai anggapan bahwa segala sesuatu yang telah kita raih itu semata-mata atas jerih payah sendiri. Hendaknya kita menghindari anggap semacam itu. Karena jika kita terbiasa merasa bahwa keberhasilan hidup, kebahagiaan, rejeki yang melimpah, jabatan dan lain sebagainya. Itu semata – mata karena perjuangan kita, maka tentu mata hatinya tertutup dari kebenaran. Suatu saat jika kita mendapati kegagalan dari jerih payah yang kita lakukan, maka yang timbul hanyalah penyesalan. Kita dapat menyalahkan diri sendiri, bisa juga menyalahkan orang lain, dan mungkin pula menyalahkan Allah. Manusia seringkali lupa bahwa dibalik daya upaya dirinya itu ada kekuatan Yang Berkuasa dan menentukan harapan – harapannya. Jika mata hati kita tajam dan indera keenam cukup merasakan, maka kita akan melihat bahwa asal penyebab dibalik jerih payah dan hasil yang kita dapatkan hanyalah dari Allah semata. Bagi orang yang telah memiliki ilmu makrifat, kehidupan didunia ini dipandang oleh mata hatinya sebagai ’ permainan ’. karena ia menganggapnya sebagai permainan, maka jika menemukan kegagalan, jiwanya tetap tegar. Jika mendapati kenikmatan/keberhasilan, ia tidak akan tinggi hati. Kebanyakan manusia lupa diri. Mereka menganggap semua harapan itu dapat diraih dengan kekuatan usahanya sendiri. Karena jika ia telah dapat mencapai kenikmatan hidup, akhirnya jadi berbangga diri. Mereka mengingkari nikmat yang dirasakan. Mereka lupa yang menentukan hasil akhir dari jerih payahnya adalah tuhan. Tanpa campur tangan kekuasaan nya, tidak mungkin dapat mencapai kenikmatan itu. Jika kita lupa bahwa takdir allah itu sangat mempengaruhi jerih payah dan usaha kita, maka kita pasti merasa kecewaa kalau kita menemui kegagalan. Tetapi jika kita sadar terhadap adanya penyebab kegagalan di balik usaha, maka kegagalan hanya sebagai peringatan guna memperkuat kesadaran dalam berkehendak. Sumber : Buku telaga ma'rifat Karangan : Syekh Ibnu Atha'illah

Sabtu, 19 April 2008

Cara Menafsirkan Alquran

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan Al-Qur'an ke dalam hati Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam agar beliau mengeluarkan manusia dari kekufuran dan kejahilan yang penuh dengan kegelapan menuju cahaya Islam. Allah Ta'ala berfirman dalam Al-Qur'an surat Ibrahim ayat 1 :

"Alif laam raa, (ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Rabb mereka, (yaitu) menuju jalan Rabb Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji." Allah Ta'ala juga menjadikan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sebagai orang yang berhak menjelaskan, menerangkan dan menafsirkan isi Al-Qur'an. Firman Allah Ta'ala di dalam surat An-Nahl ayat 44:

"Keterangan-keterangan (mu'jizat) dan kitab-kitab. Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya mereka memikirkan." Sunnah berfungsi sebagai penafsir dan penjelas isi Al-Qur'an, dan sunnah ini juga merupakan wahyu karena yang diucapkan oleh Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam adalah bukan hasil pemikiran Rasulullah tetapi semuanya dari wahyu Allah Ta'ala. Sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur'an surat An-Najm ayat 3 dan 4:

"Dan tidaklah yang diucapkannya itu (Al-Qur'an) menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)." Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Ketahuilah, sesungguhnya aku diberi Al-Qur'an dan sesuatu yang hampir sama dengan Al-Qur'an. Ketahuilah, akan ada seorang lelaki kaya raya yang duduk di atas tempat duduk yang mewah dan dia berkata: "Berpeganglah kalian kepada Al-Qur'an. Apapun yang dikatakan halal di dalam Al-Qur'an, maka halalkanlah, sebaliknya apapun yang dikatakan haram di dalam Al-Qur'an, maka haramkanlah. Sesungguhnya apapun yang diharamkan oleh Rasulullah, Allah juga mengharamkannya."

Untuk itu cara menafsirkan Al-Qur'an adalah:

  1. Dengan sunnah. Sunnah ini berupa: ucapan-ucapan, perbuatan-perbuatan, dan diamnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam.

2. Adalah dengan penafsirannya para sahabat. Dalam hal ini pelopor mereka adalah Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas Radliyallahu 'anhum. Ibnu Mas'ud termasuk sahabat yang menemani Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam sejak dari awal dan dia selalu memperhatikan dan bertanya tentang Al-Qur'an serta cara menafsirkannya, sedangkan mengani Ibnu Abbas, Ibnu Mas'ud pernah berkata: "Dia adalah penterjemah Al-Qur'an." Oleh karena itu tafsir yang berasal dari seorang sahabat harus kita terima dengan lapang dada, dengan syarat tafsir tersebut tidak bertentangan dengan tafsiran sahabat yang lain.

3. yaitu apabila suatu ayat tidak kita temukan tafsirnya dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat, maka kita cari tafsirannya dari para tabi'in yang merupakan murid-murid para sahabat, terutama murid Ibnu Mas'ud dan Ibnu Abbas seperti : Sa'ad bin Jubair, Thawus, Mujahid dan lain-lain.

Sangat disayangkan, sampai hari ini banyak sekali ayat-ayat Al-Qur'an yang tidak ditafsirkan dengan ketiga cara di atas, tetapi hanya ditafsirkan dengan ra'yu (pendapat/akal) atau ditafsirkan berdasarkan madzhab yang tidak ada keterangannya dari Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam secara langsung. Ini adalah masalah yang sangat mengkhawatirkan apabila ayat-ayat Al-Qur'an ditafsirkan hanya untuk memperkuat dan membela suatu madzhab, yang hasil tafsirnya bertentangan dengan tafsiran para ulama tafsir. Untuk menjelaskan betapa bahayanya tafsir yang hanya berdasarkan madzhab, akan kami kemukakan satu contoh sebagai bahan renungan yaitu tafsir Al-Qur'an surat Al-Muzammil: 20,

"Maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an."

Berdasarkan ayat ini, sebagian penganut madzhab berpendapat bahwa yang wajib dibaca oleh seseorang yang berdiri sholat adalah ayat-ayat Al-Qur'an mana saja. Boleh ayat-ayat yang sangat panjang atau boleh hanya tiga ayat pendek saja. Yang penting membaca ayat Al-Qur'an (tidak harus membaca Al-Fatihah). Betapa anehnya mereka berpendapat seperti ini, padahal Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Tidak ada sholat bagi orang yang tidak membaca pembuka Al-Kitab (Surat Al-Fatihah)." Dan di hadits lain Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa yang sholat tidak membaca Surat Al-Fatihah, maka sholatnya kurang, sholatnya kurang, sholatnya kurang, tidak sempurna." Berdasarkan tafsir di atas, berarti mereka telah menolak dua hadits shahih tersebut, karena menurut mereka tidak boleh menafsirkan Al-Qur'an kecuali dengan hadits yang mutawatir. Dengan kata lain mereka mengatakan, "Tidak boleh menafsirkan yang mutawatit kecuali dengan yang mutawatir pula." Akhirnya mereka menolak dua hadits tersebut karena sudah terlanjur mempercayai tafsiran mereka yang berdasarkan ra'yu (akal-akalan) dan madzhab (kelompok/golongan). Padahal semua ulama ahli tafsir, baik ulama yang mutaqaddimin (terdahulu) atau ulama yang mutaakhirin (sekarang), semuanya berpendapat bahwa maksud "bacalah" dalam ayat di atas adalah "sholatlah". Jadi ayat tersebut maksudnya adalah:

"Maka sholatlah qiyamul lail (sholat malam) dengan bilangan raka'at yang kalian sanggupi." Tafsir ini akan lebih jelas apabila kita perhatikan seluruh ayat tersebut, yaitu: "Sesungguhnya Rabbmu mengetahui bahwasannya kamu berdiri (sholat) kurang dari dua pertiga malam atau perdua malam atau sepertiganya dan (demikian pula) segolongan orang-orang yang bersama kamu. Dan Allah menetapkan ukuran malam dan siang. Allah mengetahui bahwa kamu sekali-kali tidak dapat menentukan batas-batas waktu-waktu itu, maka Dia memberi keringanan kepadamu, karena itu bacalah yang mudah (bagimu) dari Al-Qir'an. Dia mengetahui bahwa akan ada di antara kamu orang-orang yang sakit dan orang-orang yang berjalan di muka bumi mencari bagian karunia Allah; dan orang-orang yang lain lagi yang berperang di jalan Allah, maka bacalah apa yang mudah (bagimu) dari Al-Qur'an dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan berikanlah pinjaman kepada Allah pinjaman yang baik. Dan kebaikan apa saja yang kamu perbuat untuk dirimu niscaya kamu memperoleh (balasan)nya di sisi Allah sebagai balasan yang paling baik dan yang paling besar pahalanya. Dan mohonlah ampunan kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha pengampun lagi Maha Penyayang." Ayat tersebut jelas tidak ada hubungannya dengan apa yang wajib dibaca di dalam sholat. Ayat tersebut mengandung maksud bahwa Allah Ta'ala telah memberi kemudahan kepada kaum muslimin untuk sholat malam dengan jumlah rakaat kurang dari yang dilakukan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam yaitu sebelas rakaat. Inilah maksud sebenarnya dari ayat tersebut. Hal ini dapat diketahui oleh orang-orang yang mengetahui uslub (gaya/kaidah bahasa) dalam bahasa Arab. Dalam uslub bahasa Arab ada gaya bahasa yang sifatnya "menyebut sebagian" tetapi yang dimaksud adalah "keseluruhan." Sebagaimana kita tahu bahwa membaca Al-Qur'an adalah bagian dari sholat. Allah sering menyebut kata "bacaan/membaca" padahal yang dimaksud adalah sholat. Ini untuk menunjukkan bahwa membaca Al-Qur'an itu merupakan bagian penting dari sholat. Contohnya adalah dalam surat Al-Isra' ayat 78:

"Dirikanlah sholat dari tergelincir matahari (tengah hari) sampai gelap malam (Dzuhur sampai Isya). Dan dirikan pada bacaan fajar."

Dalam ayat ini Allah Ta'ala menyebut "bacaan fajar" tetapi yang dimaksud adalah sholat fajar (sholat Shubuh). Demikianlah salah satu uslub dalam bahasa Arab. Dengan tafsiran yang sudah disepakati oleh para ulama ini (baik ulama salaf maupun ulama khalaf), maka batallah pendapat sebagaian penganut madzhab yang menolak dua hadits shahih di atas yang mewajibkan membaca Al-Fatihah dalam sholat. Dan batal juga pendapat mereka yang mengatakan hadits ahad tidak boleh dipakai untuk menafsirkan Al-Qur'an. Kedua pendapat tersebut tertolak karena dua hal yaitu : 1.Tafsiran ayat di atas (QS. Al-Muzammil : 20) datang dari para ulama ahli tafsir yang semuanya faham dan menguasai kaidah bahasa Al-Qur'an 2. Tidak mungkin perkataan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bertentangan dengan Al-Qur'an. Justru perkataan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam itu menafsirkan dan menjelaskan isi Al-Qur'an. Jadi sekali lagi, ayat di atas bukan merupakan ayat yang menerangkan apa yang wajib dibaca oleh seorang muslim di dalam sholatnya. Sama sekali tidak. Baik sholat fardlu ataupun sholat sunat. Adapun dua hadits di atas kedudukannya sangat jelas, yaitu menjelaskan bahwa tidak sah sholat kecuali dengan membaca Al-Fatihah. Sekarang hal ini sudah jelas bagi kita. Oleh karena itu seharusnya hati kita merasa tentram dan yakin ketika kita menerima hadits-hadits Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam yang diriwayatkan dlam kitab-kitab sunnah atau kitab-kitab hadits yang sana-sanadnya shahih. Jangan sekali-kali kita bimbang dan ragu untuk menerima hadits-hadits shahih karena omongan sebagian orang yang hidup pada hari ini, dimana mereka berkata, "Kita tidak menolak hadits-hadits ahad selama hadits-hadits tersebut hanya berisi tentang hukum-hukum dan bukan tentang aqidah. Adapun masalah aqidah tidak bisa hanya mengambil berdasarkan hadits-hadits ahad saja." Demikianlah sangkaan mereka, padahal kita tahu bahwa Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam pernah mengutus Mu'adz bin Jabal untuk berdakwah, mengajak orang-orang ahli kitab untuk berpegang kepada aqidah tauhid , padahal Mu'adz ketika itu diutus hanya seorang diri (berarti yang disampaikan oleh Mu'adz adalah hadits ahad, padahal yang disampaikannya adalah menyangkut masalah aqidah).

AKU YANG TIDAK MENGENAL SURGA DUNIA

Kata surga sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita, dalam kamus islam kata syurga berarti ”Kenikmatan, kesenangan atau apalah yang berbau nikmat yang abadi. ( definisikan sendiri menurut iman anda ).

Mari kita simak firman allah dalam surat Al-Maidah Ayat 85 ;

”Lalu Allah membalasi mereka, karena perkataannya itu dengan syurga yang mengalir sungai – sungan di bawah nya, serta kekal mereka didalam nya. Demikianlah balasan bagi mereka yang berbuat kebaikan.”

Dari perkataan sang Khalik di atas bahwa untuk meraih syurga manusia dirusuh untuk berbuat baik dalam ketentuan atau aturan – aturan agama islam yang telah disempurnakan oleh Allah SWT.

Menurut Hemat saya kedasyatan sebuah syurga allah itu tidak bisa di lukiskan bahkan di tuliskan dengan kata – kata ( Allah Lebih mengetahui segala sesuatunya). Jadi saya rasa singkat saja untuk membahas arti dari surga itu sendiri.

Kembali pada judul diatas, mungkin pembaca merasa bingung dengan maksud tema pembicaraan yang penulis ambil. Begini maksud nya :

Firman Allah dalam Surat An-Nahl Ayat 35 ;

“Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah lah dating nya, dan apabila kamu ditimpa kemudoratan, maka hanya kepadanya lah kamu minta pertolongan”

Sebelum itu kita definisikan dulu apa itu syurga dunia,

Surga dunia merupakan kenikmatan yang bisa diraih seseorang dalam menjalankan kehidupan ini, terserah menganggap nya itu positif atau negatif (Kembali kepada Iman Anda)

Kepunyaan allah alam semesta beserta isinya termasuk kenikmatan yang ada didunia ini, kalau kita tinjau dari segi asmaul husnah kenapa ada kenikmatan di dunia ini itu dikarenakan adanya salah satu sifar allah yaitu Ar-Rahman (Pengasih) dan Ar-Rahim ( Penyayang), dia yang menjadikan keteraturan dalam segala sesuatu.

Harta, Jabatan, Tahta, Uang serta kebiasaan hidup bersenang-senang merupakan amanat dari allah yang berupa kenikmatan hidup didunia bisa dikatakan dengan Surga dunia. Jikalau kita lupa sumber kenikmatan itu maka jadilah kita orang yang belummengerti arti kata surga dunia.

Tatapi sebaliknya kalau kita mengerti sumber kenikmatan itu maka insya allah kita akan dijumpai dengan surga yang hakiki di sisi allah.

Maka untuk menjadikan seimbang antara surga dunia dan akhirat mungkin dengan cara menysukuri nikmat allah itu yang dalam aplikasi nya adalah jadikan semua amanat ( Kenikmatan Dunia Itu ) sebagai sarana untuk mendapatkan surga yang hakiki.

Untuk meraih surga dunia dan surga akhirat itu dengan cara yang benar atau dengan jalan yang telah ditentukan oleh allah (Baca Buku Fiqh untuk lebih memahaminya)

Seorang sufi dalam bukunya yang berjudul ”Telaga Ma’rifat” mengatakan bahwa ”dunia ini adalah surga bagi orang yang tidak beriman dan penjara bagi orrang yang beriman

Kata mutiara sufi diatas ini sedikitnya mengambarkan bahwa betapa kita ini di kekang oleh kesenangan duniawi, tetapi kebanyakan kita menikmatinya tanpa mensyukurinya. Allah maha pengampun, ampunilah kami ya Allah...!

Saran penulis jika anda belum mengerti tentang syurga duniawi sebaiknya anda jangan dulu mengenal surga dunia lebih baik anda mengenal nya dengan sebutan Ujian/amanat/cobaan dari sang Pencipta. Mengapa begitu? Karena kalau kita tidak hati – hati dalam hidup ini maka kita akan terjebak oleh kenikmatan itu sendiri yang akan membawa kita bukan ke syurga yang hakiki melainkan ke tempat yang amat buruk yang telah disediakan oleh Allah.

Firman allah mengenai syukur mungkin sudah sering mendobrak telinga kita tetapi kenapa tidak kita gobrak hati kita bunyinya kurang lebih seperti ini ;

”Barang siapa yang mensyukuri nikmatku,maka akan kutambah nikmat itu, tetapi apabila kamu mengingkarinya maka ingatlah azab ku sangatlah pedih”

Banyak yang mengatakan kalau hidup didunia ini merupkan pelabuhan sesaat atau sekedar batu loncatan untuk menuju ke akhirat, para ahli ma’rifat dia mengerti betul apa itu yang dikatakan surga dunia, dan menjalankan dunia ini atas kehendakNya.

Ada tips khusus agar kita tidak terjebak dengan kenikmatan dunia, mungkin bisa diambil dari kkalimat allah berikut ini :

”jadikanlah Shalat ddan Sabar sebagai penolong mu”

Sesungguhnya shalat yang khusuk karena allah dan sikap sabar yang ikhlas kepada allah itu merupakan benteng kita agar selalu ingat atas kenikmatan yang diberi oleh allah dan mensyukurinya.

Sekian dulu yang bisa penulis sampaikan, harap saya agar bisa bermanfaat bagi kita yang menikmati nikmatnya dunia ini dan mengerti sumber kenikmatan itu agar tidak terbelenggu oleh surga dunia tapi kita mampu menjalani semua ini dengan ikhlas dan sesuai dengan aturan – aturan Islam

Rabu, 16 April 2008

Bayangkan Saat Maut Menjemput

Sesosok tubuh berselimut kain putih terbujur kaku. Disekelilingnya terlihat sanak saudara saling berangkulan, dan sesekali terdengar sesegukkan diiringi tetesan air mata kepiluan, keheningan dan kesedihan yang teramat dalam. Sayup-sayup terdengar lantunan ayat suci Al Qur'an dari beberapa orang yang hadir menambah kepiluan mereka yang ditinggalkan. Hari ini, satu lagi saudara kita menghadap Rabb-nya, tidak peduli ia siap atau tidak. Innalillaahi wa inna ilaihi raaji'uun. Saudaraku, setiap yang hidup akan merasakan mati. Hal itu termaktub dengan tegas dan lugas dalam kitab-Nya. Maka, bekal apa yang sudah kita persiapkan untuk menyambut maut yang kedatangannya tidak diketahui namun pasti itu. Saat seorang saudara kita mendapatkan gilirannya untuk menghadap Sang Khaliq, saat kita melihat tubuhnya membujur kaku, saat ia terbungkus kain putih bersih, saat tubuh tanpa nyawa itu diusung untuk dibawa ketempat peradilan utama atas setiap amalnya, dan saat kita bersama-sama menanamkan jasadnya ke dalam tanah merah serta menimbunkan tanah dan bebatuan diatas tubuhnya, sadarkah kita bahwa giliran kita akan tiba, bahwa waktu kita semakin dekat. Saudaraku, pernahkah membayangkan betapa dahsyatnya maut menjemput, kita harus meregang nyawa saat Izrail pesuruh Allah menarik nyawa manusia perlahan-lahan untuk memisahkan dari jasadnya. Ketahuilah, Rasulullah manusia kecintaan Allah dan para malaikat-pun menjerit keras merasakan pedihnya sakaratul maut. Dan saat lepas ruh dari jasad, mata kita yang terbuka lebar dan menatap keatas, mengisyaratkan ketidakrelaan kita meninggalkan keindahan dunia atau mungkin isyarat ketakutan yang teramat sangat akan ganjaran yang akan diterimanya di akhirat. Saudaraku, bayangkan jika saudara yang baru saja kita saksikan prosesi pemakamannya itu adalah diri kita sendiri, bayangkan juga jika yang terbujur kaku terbungkus kain putih itu adalah diri kita yang saat ini tengah menikmati indahnya dunia, kita begitu rapuh, tidak berdaya dan takkan bisa berbuat apa-apa yang dapat menolong kita dari peradilan Allah, kita hanya diam dan membisu dan membiarkan seluruh tubuh kita bersaksi didepan Allah dan para malaikat-Nya atas waktu dan kesempatan yang diberikan, dan kita hanya bisa menunggu keputusan yang akan diberikan Allah. Saudaraku, saat itu kita harus rela menerima keputusan dan menjalankan balasan atas segala perbuatan. Tentu tidak ada tawar-menawar, negosiasi, permohonan maaf, belas kasihan, bahkan air mata pun tidak berlaku dan tidak membuat Allah membatalkan keputusan-Nya. Karena kesempatan untuk semua itu sudah diberikan saat kita hidup didunia, hanya saja kita tidak pernah mengambil dan memanfaatkan waktu dan kesempatan yang ada untuk tunduk, takut, menangis berharap akan ampunan-Nya. Tidak saudaraku, semua itu sudah lewat. Saudaraku, saat tubuh kita terusung diatas kepala para sanak dan kerabat yang menghantarkan kita ke tanah peradilan, tahukah kita bahwa saat itu kita berada dipaling atas dari semua yang hadir dan berjalan, tubuh dan wajah kita menghadap kelangit, itu semata untuk memberitahukan bahwa kita semakin dekat untuk memenui Allah. Tentu kita harus berterima kasih, karena masih ada orang-orang yang mau mengangkat tubuh kita dan mau bersusah-susah menghantarkan, menanam bahkan membiayai prosesi pemakaman kita. Bayangkan jika kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan su'ul khotimah, sehingga semua orang memalingkan mukanya dari muka penuh kotor dan nista ini. Saat itu, tentu tak satupun dari orang-orang yang masih hidup menangisi kepergian kita bahkan mereka bersyukur. Na'udzubillaahi min dzaalik Saudaraku, kita tentu juga mesti bersyukur saat Allah mengizinkan tanah-tanah merah yang juga makhluk Allah itu menerima jasad kita. Padahal jika tanah-tanah itu berkehendak -atas seizin Allah- ia akan menolak jasad kita karena kesombongan kita berjalan dimuka bumi. Jika ia mau, ia tentu berkata, "Wahai manusia sombong, ketahuilah bahwa tanah ini disediakan hanya untuk orang-orang yang tunduk". Ia juga bisa mengadukan keberatannya kepada Tuhannya untuk tidak mau menerima jasad manusia-manusia yang dengan sewenang-wenang dan serakah menikmati hasil bumi. Tanah-tanah itu juga tentu bisa berteriak, "Enyahlah kau wahai jasad penuh dosa, tanah ini begitu suci dan hanya disediakan untuk orang-orang yang beriman" Tapi, atas kehendak Allah jualah mereka tidak melakukan itu semua. Namun, tentu saat itu sudah terlambat bagi kita untuk menyadari kesalahan, dan kekhilafan. Oleh karena itu saudaraku, saat sekarang Allah masih memberikan waktu dan kesempatan, saat sekarang kita tengah menunggu giliran untuk menghadap-Nya, ingatlah selalu bahwa setiap yang hidup pasti merasakan mati. Saat kita mengantar setiap saudara yang mati, jangan tergesa-gesa untuk kembali ke rumah, tataplah sejenak sekeliling kita, disana terhampar luas bakal tempat kita kelak, ya, tanah-tanah merah itu sedang menunggu jasad kita. Tapi, sudahkah semua bekal kita kantongi dalam tas bekal kita yang saat ini masih terlihat kosong itu? Wallahu a'lam bishshowaab

Selasa, 15 April 2008

Jihad Di Era Moderen

Kalau di tinjau dari sejarah Rosul ( Muhammad Saw ), jihad itu adalah memerangi kaum kafir yang tidak mengakui adanya Tuhan yang satu ( ALLAH.SWT ) dan tidak mengakui kalau keberadaan rosul atas perintah allah sebagai seorang yang diwahyukan alquran kepadanya.

Allah Berfirman dalam Alquran Surat 47. Muhammad Ayat 4 :

“ Maka apabila kamu menjumpai orang- orang kafir dalam pertempuran, maka peganglah batang leher mereka, lalu jika kamu tidak dapat mengalahkan merekah, maka buatkanlah (mereka) tahanan dan sesudah itu bebaskanlah mereka sebagai memberi karunia kepadanya, atau engkap terima tebusan dari padanya, sampai meletakkan senjata. Itu (Pasti akan terjadi). Sekiranya allah menghendaki, pasti allah membinasakan mereka, akan tetapi allah memerintah kamu memerangi mereka untuk menguji sebagian dari kamu dengan sebagian yang lain. Orang yang terbunuh pada jalan allah (karena mempertahankan agamanya), maka sekali-kali allah tidak akan menyia-nyiakan amalan mereka”

Maha Mengetahui Allah Atas Segala Sesuatunya.

Allah mengetahui isi dari setiap hati umatnya, siapa-siapa yang benar-benar ikhlas atau hanya mengharapkan pujian dari orang lain.

Maka pada zaman itu para umat islam memang diperintahkan oleh allah untuk memerangi kaum kafir, karena untuk menegakkan agama allah yaitu agama yang dibawa oleh seorang yang bernama MUHAMMAD, agar allah menyempurnakan agama tersebut.

Sudah tidak diragukan lagi keberanian mereka dalam menegakkan agama allah itu, harta, kekayaan, kekuasaan, harta dan bahkan nyawa sekalipun mereka pertaruhkan untuk agama Allah. (Sungguh Perjuangan Yang Mulia Sehingga Kita bisa merasakan hasil perjuangan mereka dahulu).

Yang jadi pertanyaan sekarang adalah: ”Apakah benar jihad yang seperti itu untuk masa saat ini?” sedangkan agama Allah (ISLAM) sudah disempurnakan oleh allah di sebuah kalimat allah yang tercantum dalam surat Almaidah ayat 3:

Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu buat kamu dan Aku cukupkan nikmatKu Bagimu dan Aku Ridhai islam menjadi agama bagimu”

Dan dalam Surat Alkafirun Allah juga mengatakan ”Bagimu aagamamu Dan Bagiku agamaku” kaliamt ini menguatkan tenatang bagaimana jihad di jaman sekarang.

Mungkin pada zaman sekarang kita sering mendengar berita tantang kekerasan atau tindakan swiping yang dilakukan oleh golongan islam tertentu demi menegakkan agama allah. ( Salah Benar Ada Di Tangan ALLAH.SWT ).

Kalau menurut pendapat saya jihad pada era sekarang ini adalah lebih di tekan kan lagi pada masalah memerangi hawa nafsu diri kita sendiri, atau menekan hawa nafsu duniawi yang akan membawa kita dalam kesesatan yang nyata.

Sadarkah kita kalau kita terpenjara oleh keinginan yang tidak berlandaskan keimanan atau hanya berdasarkan keinginan duniawi belaka. Segabai seorang muslim kita diperintahkan untuk selalu ingat kepada ALLAH.SWT, agar tidak terpengaruh oleh tipu daya setan. Mungkinkah jika kita mengingat Kekuasaan ALLAH kita akan melakukan tindakan yang memalukan agama kita sendiri...?

Banyak cara yang bisa dilakukan dan bernilai jihad di jalan allah, mungkin sebagian kecilnya sebagai berikut:

  1. Menjalankan rukun Iman
  2. Melaksanakan rukun islam
  3. Menjaga diri dari hawa nafsu (banyak jenis nya)
  4. Membelanjakah harta di jalan ALLAH
  5. Berbuat baik kepada sesama Manusia.
  6. DLL

Islam Bukan agama yang keras tetapi agama yang mengandung Ar-rahman dan Ar-Rahim, itu terbukti kenapa allah memerintahkan kita untuk membaca basmalah dalam setiap melakukan sesuatu di bumi nya allah ini. Saya yakin barang siapa yang membaca basmallah dengan sepenuh hati dalam melakukan sesuatu, maka ia tidak akan melakukan perbuatan kekerasan. Allah pernah berkata “ INGATLAH AKU MAKA HATIMU AKAN TENANG”

Kalau memerangi hawa nafsu itu dengan membaca basmallah maka itu yang di namakan jihad di Sekarang ini, karena terjadi singkronisasi antara “hawa nafsu kita VS BASMALLAH,”

Ingat iblis pernah memintah ditangguhkan oleh allah untuk mengajak anak cucu adam kedalam golongannya dan allah pun memberi tanggu Kepada nya, tetapi allah mengatakan “Kecuali Umat Ku Yang Ingat Kepada KU”. Dengan mengingat allah maka kita bisa memerangi hawa nafsu kita, sehingga kita tidak termasuk golongan yang merugi.

Teman, jangan salah dalam mengartikan jihad untuk era Sekarang, karena agama allah sudah sempurna, allah sudah mencukupkan semuanya, kalau Allah sudah mencukupkan semuanya berarti itu jaminan allah terhadap sempurnanya agama itu, dan allah lah yang sanggup memelihara agama itu. Kita selaku muslim hanya bisa meminta pertolongan allah dari segala bentuk kekerasan di masa Sekarang ini. ”lebih baik kita keras untuk melawan hawa nafsu duniawi karena itu bernilai ibadah disisi ALLAH.SWT”

Coba renungkan yang mempunyai hak untuk mematikan dan menghidupkan manusia itu hanya allah, bukan manusia. Dan allah mengajarkan untuk berbuat baiklah anatara kamu. Hakim yang sesungguhnya adalah ALLAH dia telah menyiapkan tempat – tempat diakhirat untuk Umat – umatNya. Tergantung dengan apa yang dilakukan kita semasa hidup ini. Dialah yang Maha Adil

Demikianlah Artikel singkat masalah jihad, hanya sebagian kecil. Dan masih banyak ilmu- ilmu allah diluar sana. Marilah kita bersama-sama memahami arti jihad yang sesungguhnya. Dan selalu ingat kepadanya agar kita mendapat pentunjuk dari Nya. Amin.

Minggu, 13 April 2008

MENJADI PEMIMPIN RAKYAT ITU ADALAH AMANAT DARI ALLAH.SWT

Suatu hari Khalifah Umar Bin Abdul Aziz sedang mengadakan pertemuan dengan para stafnya. Tiba-tiba masuklah seorang putra kesayangannya. Dengan seraya menyapa ; “ada apa wahai anakku?” “ada sesuatu yang hendak aku bicarakan ayahku”, jawab anaknya, “Apakah urusan kenegaraan?” sergah sang khalifah, “tidak” wahai ayahku “hanya urusan keluarga”, kata anaknya lagi

Setalah kalimat jawaban dari sang anak itu, serta merta sang khalifah bergegas menuju ke suatu tempat sambil mematikan lampu. Maka gelap gulitalah ruangan tersebut. Dengan terheran-heran anak kesanyangan nya itu bertanya, ”Wahai ayah, apakah gerangan yang terjadi? Bukankah sebaiknya kita bicara di bawah cahaya lampu yang terang seperti tadi?

Dengan sangat santun sang khalifah menjawab, ”lampu yang ayah gunakan tadi adalah invenstasi dari negara, sedangkan yang kita bicarakan ini adalah urusan keluarga. Tak lama sang khalifah memanggil pelayan nyaden menyuruh mengambilkan lampu yang ada dari ruang dalam, setelah lampu itu tiba di hadapan khalifah, ia berkata; ”Nah sekarang lampu yang menyala ini adalah milik pribadi, dan diminyaknya di beli dari uang pribadi”.

Dari sekelumit cerita diatas inilah sebuah potret sesosok pemimpin yang menjunjung tinggi nilai amanah. Ia tidak mau mencampurkan urusan negara dengan keluarga, ia tidak mau memanfaatkan fasilitas negara hanya untuk kepentingan pribadi, karena ia sangat menyadari bahwa ia bisa jadi pemimpin karena diberi kepercayaan oleh rakyat.

Rosullullah pernah bersabda:

”Seandanya putriku sendiri yang mencuri, niscahya aku sendiri yang akan memotong tangan nya”.

Kejujuran dan keadilan adalah modal utama untuk menjadi seorang pemimpin, dibalik semua itu ada kenikmatan duniawi yang sangat menggodah. (Hati-hatilah)

Hidup di dunia ini hanya satu kali, setiap perbuatan pasti mengandung peertanggung jawabanya di akhirat nanti.

Disini Penulis ingin menyampaikan bahwa kalau ingin menjadi pemimpin cobalah untuk bercermin diri, sudahkah kita mencontoh keteladanan cerita diatas... ?

Di setiap media masa juga sering memberitahukan sederetan bahkan hampir seluruhnya para pemimpin itu berlaku tidak jujur dan tidak amanah. Mungkin masalahnya hanya sepele, ”ingin meraih kenikmatan dunia saja”, padahal dengan hal yang sepeleh itu mereka telah membawa diri mereka beserta keluarga mereka kedalam jurang kehancuran.

Allah Swt Berfirman dalam surat Al-Anfal Ayat 27 – 28

27. Hai Orang – orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah Dan Rosulnya dan jangan pula kamu mengkhianati amanat-amanat yang diberikan kepada kamu, sedang kamu mengetahuinya.

28. Dan ketahuliah bahwasanya harta bendamu, dan anak-anaka mu itu hanya sebagai fitrah ( Ujian/cobaan bagimu). Dan sesungguhnya disisi allah itu ada pahala yang besar.

Dalam firman allah diatas disebutkan bahwa kita tidak boleh mengkhianati amanah yang di berikan kepada kita, karena sesungguhnya amanat itu datang nya dari allah, kalau kita mengabaikan amanat allah berarti kita juga sebagai orang yang mengkhianati allah. Dang ingatlah allah sering berkata dalam firmannya

” Bahwa azabku sangaat pedih”

Segala sesuatu yang kita miliki di dunia ini hanyalah titipan allah dan akan diambil lagi oleh Nya. Maka janganlah kita menyalahgunakan titipan tersebut untuk kepentingan pribadi/golongan.

Game Pemilukada sudah dimulai, para pemimpin sibuk dengan urusan kampanye masing-masing, tapi kalau kita sadari sanggupkah kita mengemban amanat allah itu, saya langsung jawab, “TIDAK SANGGUP” Mengapa saya berani mengatakan itu karena allah lah yang memberi kesanggupan pada tiap-tiap umatnya. Pada dasarnya manusia itu lemah dan tidak berdaya tanpa allah.

Manusia bisa bergerak karena nikmat allah, semua yang kita lakukuan karena allah maha penggerak ataas segala sesuatunya. Maka hadapkanlah muka mu kepada allah.

Wahai para calon pemimpin, mungkin permintaan saya ini mewakili jutaan manusia khususnya di indonesia, jikalau Allah memberikan kesempatan kepada kalian untuk memimpin bangsa ini, jagalah amanat allah yang diberikan kepada kalian, sungguh “kehidupan akhirat itu lebih baik dari dunia” janganlah kalian ikut terpengaruh olleh sifat iblis yang tidak mau bersyukur kepada allah, karena janji iblis kepada allah akan membawa anak cucu adam ke dalam neraka, Apakah dengan memimpin bangsa ini hanya 10 tahun dalam kesenangan sifat duniawi itu lebih baik dari pada menjaga amanat allah?

(Jawab Sendiri, Gunakan Hati nurani anda yang paling dalam dan dengan mengingat allah utnuk menjawabnya)

Demikianlah tulisan ini saya buat, agar bisa berguna bagi setiap pembaca nya.

Maha mengetahui dan maha meliputi allah atas segala sesuatunya.

Bersujudlah semua apa-apa yang dilangit dan dibumi karena kehendak ALLAH.SWT

Rabu, 09 April 2008

Pintu Pahala & Penghapus Dosa

1. TAUBAT

قال الله تعالى : وَتُوْبُوْا إِلىَ اللهِ جَمِيْعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ [النور : 31]

“ Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung “ (An Nur 31)

1) إِنَّ اللهَ - عَزَّ وَجَلَّ - يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءَ النَّهَارِ، وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوْبَ مُسِيْءَ الَّليْلِ، حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا [رواه مسلم]

Sesungguhnya Allah Ta’ala membentangkan tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang untuk menerima taubat orang yang berdosa pada waktu malam hingga terbitnya matahari dari tempat terbenamnya [1]) (Muslim)

2) قال الله تعالى : يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِيْ وَرَجَــوْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ مَا كَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِيْ، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّمَاءِ ثُمَّ اسْتَغْفَـرْتَنِيْ غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِيْ بِقُرَابِ الأَرْضِ خَطَايَا ثُمَّ لَقِيْتَنِيْ لاَ تُشْرِكُ بِيْ شَيْئًا لأَتَـيْتُكَ بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً [صحيح الترمذي]

“ Allah ta’ala berfirman : Wahai anak Adam, sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu apapun yang ada pada dirimu. Wahai anak Adam seandainya dosa-dosamu menjulang ke langit kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam sesungguhnya jika engkau menda-tangi-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku sedikitpun maka aku akan memberimu ampunan sepenuh bumi “ (Shahih Turmudzi)

3) التَّائِبُ مِنَ الذَّنْبِ كَمَنْ لاَ ذَنْبَ لَهُ [صحيح ابن ماجه]

“ Orang yang bertaubat dari dosanya bagaikan orang yang tidak punya dosa sama sekali “

shahih Ibnu Majah)

4) لَوْ أَخْطَأْتـُمْ حَتَّى تَبْلُغَ خَطَايَاكُمْ عَنَانَ السَّمَاءِ، ثُمَّ تُبْتُمْ، لَتَابَ عَلَيْكُمْ [صحيح ابن ماجة]

“ Seandainya kalian melakukan kesalahan-kesalahan sepenuh langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya taubat kalian akan diterima ” (Shahih Ibnu Majah)

2. MENUNTUT ILMU

1

قال الله تعالى : يَرْفَعِ اللهُ الَّذِيْنَ آمَنُواْ مِنْكُمْ وَالَّذِيْنَ أُوتُوْا الْعِلْمَ دَرَجَـتٍ [المجادلة :11]

“ Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat “ (Al Mujadalah 11)

5) مَا خَرَجَ رَجُلٌ مِنْ بَيْتِهِ يَطْلُبُ عِلْمًا إِلاَّ سَهَّلَ اللهُ لَهُ طَرِيْقًا إِلَى الجَنَّةِ [صحيح الجامع]

Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk menuntut ilmu niscaya akan Allah mudahkan baginya jalan menuju syurga

(Shahih Al-Jami)

6) مَنْ غَدَا إِلىَ الْمَسْجِدِ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ أَنْ يَتَعَلَّمَ خَيْرًا أَوْ يُعَلِّمَهُ، كَانَ لَهُ كَأَجْرِ حَاجٍّ، تَامًّا حَجَّـتُهُ

[صحيح الترغيب والترهيب]

Siapa di pagi hari berangkat ke masjid hanya untuk mempelajari kebaikan atau megajarkan kebaikan, maka baginya bagaikan pahala orang yang melakukan haji dengan sempurna (Shahih Targhib dan Tarhib)

7) مَنْ خَرَجَ فِيْ طَلَبِ عِلْمٍ، فَهُوَ فِى سَبِيْلِ اللهِ حَتَّى يَرْجِعَ [صحيح الترمذي]

Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka dia berada di jalan Allah hingga kembali (Shahih Turmuzi)

8) مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

[صحيح ابن ماجه]

Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka Allah akan memberikannya pema-haman terhadap agama (Shahih Ibnu Majah)

3. HALAQAH ZIKIR DAN MENGAJI

9) مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ تَعَالىَ فَيَقُوْمُوْنَ حَتَّى يُقَالُ لَهُمْ : قُوْمُوْا قَدْ غَفَرَ اللهُ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ وَبُـدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ [صحيح الجامع]

Suatu kaum yang duduk untuk berzikir kepada Allah ta’ala lalu mereka berdiri, niscaya akan dikatakan kepada mereka : Berdirilah kalian sesungguhnya Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian, dan kesalahan-kesalahan kalian telah diganti-kan dengan kebaikan (Shahih Al-Jami)

10) مَا جَلَسَ قَوْمٌ يَذْكُرُوْنَ اللهَ، إِلاَّ حَفَّتْهُمُ الْمَلاَئِكَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَنَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ [صحيح الجامع]

Suatu kaum yang berzikir kepada Allah niscaya malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat dicurahkan kepada mereka dan diturunkan kepada mereka sakinah dan Allah sebut-sebut mereka terhadap makhluk yang ada disisi-Nya (Shahih Al Jami)

4. ZIKIR

قال الله تعالى : فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ [البقرة : 152]

“ Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu “

(Al Baqarah 152)

11) يقول الله عز وجل : أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِيْ بِي، وَأَنَا مَعَهُ حِيْنَ يَذْكُرُنِيْ، إِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلإٍ ذَكَرْتُهُ فِي مَلإٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيْهِ ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَمَنْ أَتَانِيْ يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً [مسلم]

Sesungguhnya Aku berdasarkan persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersamanya saat dia mengingat-Ku, jika dia mengingat-Ku dalam dirinya, maka Akupun akan mengingatnya dalam diri-Ku, dan jika dia mengingat-Ku di hadapan orang-orang maka Aku-pun akan mengingatnya dihadapan makhluk-makhluk yang lebih baik dari mereka, jika mereka mendekatiku sejengkal maka Aku akan mendekatinya sehasta dan jika dia mendekati-Ku sehasta maka Aku mendekatinya sedepa dan siapa yang mendatangiku dengan berjalan maka aku mendatanginya dengan berlari. (Muslim)

5. BERBUAT DAN MENGAJAK KEBAIKAN

12) كُلُّ مَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ، وَالدَّالُّ عَلَى الْخَيْرِ كَفَاعِلِهِ [صحيح الجامع]

“ Setiap kebaikan adalah shadaqah, dan orang yang menunjukkan kepada kebaikan bagaikan orang yang melakukannya “

(Shahih Al Jami’)

13) عَلَيْكُمْ بِاصْطِنَاعِ المَعْرُوْفِ، فَإِنَّهُ يَقِيَ مَصَارِعَ السُّوْءِ [صحيح الجامع]

“ Hendaklah kalian mengusahakan kebaikan, karena hal tersebut dapat melindungi dari mati secara buruk “

(Shahih Jami’)

6. KEUTAMAAN BERDAKWAH

DI JALAN ALLAH

قال الله تعالى : وَمَنْ أَحْسَنُ قَوْلاً مِمَّنْ دَعَا إِلَى اللهِ وَعَمِلَ صَالحِاً وَقَالَ إِنَّنِيْ مِنَ المُسْلِمِيْنَ [فصلت : 33]

Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang shaleh dan berkata: “Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri “ (Fushshilat 33)

14) وَاللهِ لأَنْ يَهْدِيَ اللهُ بِكَ رَجُلاً وَاحِداً خَيْرٌ لَكَ مِنْ أَنْ يَكُوْنَ لَكَ حُمُرُ النَّعَمِ [مسلم]

“ Demi Allah, seandainya Allah memberi hidayah kepada seseorang atas perantara kamu maka (ganjarannya) lebih baik bagi kalian daripada kalian mendapatkan seekor onta merah[2]) (Muslim)

15) مَنْ دَعَا إِلَى هُدًى كَانَ لَهُ مِنَ الأَجْرِ مِثْلَ أُجُوْرِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ أُجُوْرِهِمْ شَيْئًا، وَمَنْ دَعَا إِلىَ ضَلاَلَةٍ كَانَ عَلَيْهِ مِنَ الإِثْمِ مِثْلَ آثَامِ مَنْ تَبِعَهُ لاَ يَنْقُصُ ذَلِكَ مِنْ آثَامِهِمْ شَيْئاً [مسلم]

“ Siapa yang mengajak kebaikan maka baginya pahala seperti pahala orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun, dan siapa yang mengajak kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka sedikitpun “

(Muslim)

7. AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR

قال الله تعالى : وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُوْنَ إِلىَ الخْيَرِْ وَيَأْمُرُوْنَ بِالْمَعْرُوْفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ المُنْكَرِ وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُوْنَ [آل عمران : 104]

“ Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah orang-orang yang beruntung “

(Ali Imran 104)

16) إِنْ مِنْ أُمَّتِيْ قَوْمًا يُعْطُوْنَ مِثْلَ أُجُوْرِ أَوَّلِهِمْ، يُنْكِرُوْنَ الْمُنْكَرَ [السلسلة الصحيحة]

“ Sesungguhnya ada dari ummatku yang diberikan pahala seperti pahalanya generasi pertama, (hal tersebut karena) mereka mencegah kemunkaran “ (Silsilah Shahihah)

8. BELAJAR ALQURAN, MEMBACA

DAN MENGHAFALNYA

17) خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَـلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ [البخاري]

“ Sebaik-baik kalian adalah orang yang be-lajar Al Quran dan yang mengajarkannya “

(Bukhori)

18) الَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَهُوَ مَاهِرٌ بِهِ مَعَ السَّفَرَةِ الْكِرَامِ البَرَرَةِ، وَالَّذِيْ يَقْرَأُ الْقُرْآنَ وَيَتَعْتَعُ فِيْهِ وَهُوَ عَلَيْهِ شَاقٌّ لَهُ أَجْرَانِ [متفق عليه]

“ Orang yang membaca Al Quran dan dia pandai membacanya maka (nanti di akhirat akan dikumpulkan) bersama para malaikat yang mulia, sedangkan orang yang membaca Al Quran dan dia terbata-bata karenanya serta kesusahan maka baginya dua pahala “ (Muttafaq alaih)

19) مَنْ قَرَأَ حَرْفًا مِنْ كِتَابِ اللهِ فَلَهُ بِهِ حَسَنَةٌ، وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا، لاَ أَقُوْلُ "آلـم" حَرْفٌ، وَلَكِنْ أَلِفٌ حَرْفٌ، وَلاَمٌ حَرْفٌ، وَمِيْمٌ حَرْفٌ

[البخاري]

Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan akan dilipatkan gandakan sepuluh, saya tidak mengatakan لـم) satu huruf, akan tetapi alif satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf (Bukhori)

20) مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُحِبَّ اللهَ وَرَسُوْلَهُ، فَلْيَقْرَأْ فِي الْمُصْحَفِ [صحيح البخاري]

“ Siapa senang dirinya mencintai Allah dan Rasul-Nya maka hendaklah dia membaca Mushhaf ini (Al Quran) (Shahih Bukhori)

21) يُقَالُ لِصَاحِبِ القُرْآنِ: اِقْرَأْ، وَارْتَقِ، وَرَتِّلْ، كَمَا كُنْتَ تُرَتِّلُ فِي الدُّنْيَا، فَإِنَّ مَنْزِلَكَ عِنْدَ آخِرِ آيَةٍ تَقْرَؤُهَا [صحيح البخاري]

“ Dikatakan kepada orang yang suka membaca Al Quran : “Bacalah dan mendaki-lah, bacalah dengan tartil sebagaimana engkau membaca dengan tartil di dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu ada pada akhir ayat yang engkau baca “

(Shahih Bukhori)

22) أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ إِذَا رَجَعَ إِلَى أَهْلِهِ أَنْ يَجِدَ ثَلاَثَ خَلِفَاتٍ، عِظَامٍ سِمَانٍ ؟ قُلْنَا : نَعَمْ : قَالَ : فَثَلاَثُ آيَاتٍ يَقْرَأُ بِهِنَّ أَحَدُكُمْ فِي صَلاَتِهِ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثِ خَلِفَاتٍ عِظَامٍ سِمَانٍ [مسلم]

Inginkah salah seorang diantara kalian yang kembali ke keluarganya membawa tiga ekor onta yang sedang hamil dan gemuk-gemuk?, kami berkata : Ya, maka beliau bersabda : tiga ayat yang kalian baca dalam shalat kalian itu lebih baik dari tiga ekor onta hamil yang gemuk. (Muslim)

9. BELAJAR AL QURAN DI MASJID

23) مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ، يَتْلُوْنَ كِتَابَ اللهِ، وَيَتَدَارَسُوْنَهُ بَيْنَهُمْ، إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ، وَغَشِيَتْهُمُ الرَّحْمَةُ، وَحَفَّتْهُمُ المَلاَئِكَةُ وَذَكَرَهُمُ اللهُ فِيْمَنْ عِنْدَهُ [مسلم]

Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah Allah yang didalamnya mereka membaca Al Quran dan mempelajarinya diantara mereka, kecuali akan diturunkan kepada mereka ketenangan, dicurahkan rahmat dan dikelilingi oleh para malaikat serta Allah sebut-sebut mereka pada (makhluk) yang ada disisi-Nya. (Muslim)

10. MEMBERI SALAM

24) إِنَّ مُوْجِبَاتِ المَغْفِرَةِ بَذْلُ السَّلاَمِ، وَحُسْنُ الْكَلاَمِ [صحيح الجامع]

Sesungguhnya yang pasti mendatangkan ampunan adalah mengucapkan salam dan pembicaraan yang baik. (Shahih Al-Jami’)

25) لاَ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا، وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوْا، أَوَلاَ أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ، أَفْشُوا السَّلاَمَ بَيْنَكُمْ [مسلم]

Tidak masuk syurga kecuali kalian beriman, dan tidak beriman sebelum kalian saling mencintai, maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika kalian kerjakan kalian akan saling mencintai, sebarkanlah salam diantara kalian. (Muslim)

11. BERJABAT TANGAN

26) أَيـُّمَا مُسْلِمَيْنِ الْتَقَيَا، فَأَخَذَا أَحَدُهُمَا بِيَدِ صَاحِبِهِ، فَتَصَافَحَا، وَحَمِدَا اللهَ تَعَالىَ جَمِيْعًا، تَفَرَّقَا وَلَيْسَ بَيْنَهُمَا خَطِيْئَةٌ [صحيح الجامع]

Siapa saja diantara dua orang muslim yang berjumpa, kemudian salah seorang diantara keduanya mengambil tangan sahabatnya untuk berjabat tangan, dan mereka memuji Allah semuanya, (maka jika mereka) berpisah tidak ada dosa diantara mereka berdua.(Shahih Al-Jami’)

12. CINTA KARENA ALLAH

27) قال رسول الله j: قال الله تعالى : حَقَّتْ مَحَبَّتِيْ لِلْمُتَحَابِّيْنَ فِيَّ . الْمُتَحَابُّوْنَ فِيَّ عَلَى مَنَابِرٍ مِنْ نُوْرٍ يَغْبِطُهَا بِمَكَانِهِمْ النَّبِيُّونَ وَالصِّدِّيْقُوْنَ وَالشُّهَدَاءُ [صحيح الجامع]

Layak untuk mendapatkan cintaKu bagi orang yang saling mencintai karena-Ku. Orang yang saling mencintai karena-Ku (di hari kiamat) akan ditempatkan di menara dari cahaya, tempat yang diingini oleh para nabi, orang-orang yang benar dan para syuhada (Shahih Jami’)

28) إِنَّ اللهَ تَعَالَى يَقُوْلُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ : أَيْنَ الْمُتَحَابُّوْنَ لِجَلاَلِي، اَلْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي [مسلم]

Sesungguhnya Allah ta’ala berfirman pada hari kiamat : Mana orang-orang yang saling mencintai karena kebesaran-Ku, hari ini Aku akan menaungi mereka pada saat tidak ada naungan selain naungan-Ku “ (Muslim)

29) مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الإِيْمَانِ، فَلْيُحِبَّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ للهِ [صحيح المسلم]

Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman, maka cintailah seseorang hanya karena Allah.

13. MENGUNJUNGI SAUDARA (REKAN) KARENA ALLAH TA’ALA

30) مَنْ عَادَ مَرِيْضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ : نَادَاهُ مُنَادٍ أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ، وَتَبَوَّأْتَ مِنَ الْجَنَّةِ مَنْزِلاً [صحيح البخاري]

Siapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka akan ada yang memanggilnya: Kebaikan buatmu dan perjalananmu, dan pesanlah tempatmu di syurga (Shahih Bukhori)

14. MEMBANTU ORANG LAIN DAN MEMENUHI KEBUTUHAN MEREKA

31) مَنْ يَكُنْ فِيْ حَاجَةِ أَخِيْهِ يَكُنِ اللهُ فِي حَاجَتِهِ

[صحيح الجامع]

Siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya, niscaya Allah akan memenuhi kebutuhannya (Shahih Al-Jami)

32) وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ [مسلم]

Allah akan selalu menolong hambanya selama hambanya selalu menolong saudaranya. (Muslim)

33) وَ لأَِنْ أَمْشِـيْ مَعَ أَخِيْ الْمُسْلِمِ فِي حَاجَتِهِ أَحَبُّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أَعْتَكِفَ فِي الْمَسْجِدِ شَهْرًا

[السلسلة الصحيحة]

Sungguh jika saya berjalan bersama saudara saya yang muslim dalam rangka memenuhi kebutuhannya hal itu lebih saya sukai dari i’tikaf di masjid selama sebulan

(Silsilah shahihah)

34) وَمَنْ مَشَى مَعَ أَخِيْهِ الْمُسْلِمِ فِي حَاجَتِهِ حَتَّى يُثْبِتَهَا لَهُ، ثَبَّتَ اللهُ تَعَالَى قَدَمَهُ يَوْمَ تَزِلَّ الأَقْدَامُ

[السلسلة الصحيحة]

Siapa yang berjalan bersama saudaranya dalam rangka memenuhi kebutuhannya hingga terpenuhi kebutuhannya, maka Allah akan memantapkan kakinya pada hari banyak kaki-kaki yang tergelincir (hari kiamat)

( Silsilah Shahihah)

15. MEMBAHAGIAKAN ORANG BERIMAN

35) أَفْضَلُ الأَعْمَالِ أَنْ تُدْخِلَ عَلَى أَخِيْكَ الْمُؤْمِنِ سُرُوْرًا، أَوْ تَقْضِيَ عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تُطْعِمَهُ خُبْزًا

[صحيح الجامع]

Sebaik-baik amalan adalah mendatangkan kesenangan terhadap saudaramu yang beriman, melunaskan hutangnya dan memberinya makan dengan sekerat roti “

(Shahih Jami’)

16. UTANG

36) مَا مِنْ مُسْلِمٍ يُقْرِضُ مُسْلِمًا مَرَّتَيْنِ إِلاَّ كَانَ كَصَدَقَتِهَا مَرَّةً [صحيح ابن ماجه]

Seorang muslim yang memberikan pinjaman kepada seorang muslim lainnya sebanyak dua kali maka itu bagaikan sedekah darinya sekali Shahih Ibnu Majah)

17. MENOLONG ORANG DALAM MASALAH UTANG

37) مَنْ أَنْظَرَ مُعْسِرًا، أَوْ وَضَعَ عَنْهُ أَظَلَّهُ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ [صحيح الجامع]

Siapa yang menunda (pembayaran utang) orang yang kesulitan atau menggugurkannya niscaya akan Allah berikan dia naungan pada hari tidak ada naungan selain naungan-Nya (Shahih Jami’)

38) مَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ [صحيح الجامع]

Siapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang kesulitan niscaya akan Allah berikan kemudahan baginya di dunia dan akhirat (Shahih Jami’)

39) كَانَ رَجُلٌ يُدَايِنُ النَّاسَ، فَكَانَ يَقُوْلُ لِفَتَاهُ : إِذَا أَتَيْتَ مُعْسِرًا فَتَجَاوَزْ عَنْهُ، لَعَلَّ اللهُ أَنْ يَتَجَاوَزَ عَنَّا، فَلَقِىَ اللهُ فَتَجَاوَزَ عَنْهُ [متفق عليه]

Dahulu ada seseorang yang memiliki piutang kepada orang-orang, maka dia berkata kepada anaknya : “ Jika kamu mendapatkan orang yang kesulitan biarkanlah, semoga Allah akan memaafkan (kesalahan) kita, maka tatkala dia berjumpa dengan Allah, Dia (Allah) melewatkan (memaafkan)-nya. (muttafaq alaih)

40) مَنْ سَرَّهُ أَنْ يُنْجِيَهُ اللهُ مِنْ كُرَبِ يَوْمِ القِيَامَةِ فَلْيُنَفِّسْ عَنْ مُعْسِرٍ، أَوْ يَضَعُ عَنْهُ [مسلم]

Siapa yang ingin ditolong Allah dari kesusahan hari kiamat maka berilah tangguh (pembayaran utang) bagi orang yang kesulitan atau gugurkanlah (muslim)

18. MENUTUPI AIB ORANG LAIN

41) لاَ يَسْتُرُ عَبْدٌ عَبْدًا فِي الدُّنْيَا إِلاَّ سَتَرَ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ [مسلم]

Seorang hamba yang menutupi aib hamba lainnya di dunia niscaya Allah tutup aibnya di hari kiamat (Muslim)

42) مَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ

[مسلم]

Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka akan menutup aibnya di dunia dan akhirat (muslim)

MEMBELA KEHORMATAN

ORANG MUSLIM

43) مَنْ رَدَّ عَنْ عَرْضِ أَخِيْهِ رَدَّ اللهُ عَنْ وَجْهِهِ النَّارُ يَوْمَ القِيَامَةِ [صحيح الجامع]

“ Siapa yang membela kehormatan saudaranya, niscaya Allah akan melindugi wajahnya dari api neraka pada hari kiamat “

(Shahih Jami’)

44) مَنْ نَصَرَ أَخَاهُ بِظَهْرِ الْغَيْبِ نَصَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ [صحيح الجامع]

“ Siapa yang menolong saudaranya dari kejauhan maka Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat “ (Shahih Jami’)

MENDAMAIKAN MANUSIA

Allah swt berfirman:

لاَ خَيْرَ فِي كَثِيْرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلاَّ مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوْفٍ أَوْ إِصْلاَحٍ بَيْنَ النَّاسِ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ ابِتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيْهِ أَجْرًا عَظِيْمًا [النساء : 114]

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak kami memberi kepadanya pahala yang besar “ (An Nisa 114)

أَلاَ أُخْبِرُكُمْ بِأَفْضَلٍ مِنْ دَرَجَةِ الصِّيَامِ وَالصَّلاَةِ وَالصَّدَقَةِ ؟ قَالُوا : بَلَى، قَالَ إِصْلاَحُ ذَاتِ الْبَيْنِ

(صحيح أبي داود)

“ Maukah engkau aku beritahukan (perbuatan) yang lebih utama derajatnya dari puasa, shalat dan shadaqah ?, mereka menjawab : Ya, beliau bersabda : Mendamaikan antara dua pihak “ (Shahih Abu Daud)

SILATURAHIM

قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَأُوْلُوا الأَرْحَامِ بَعْضُهُمْ أَوْلَى بِبَعْضٍ فيِ كِتَابِ اللهِ (الأنفال : 75)

“ Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) didalam kitab Allah “ (Al Anfal 75)

صَنَائِعُ الْمَعْرُوْفِ تَقِيَ مَصَارِعَ السُّوْءِ، وَصَدَقَةُ السِّرِّ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ، وَصِلَةُ الرَّحِمِ تُزِيْدُ الْعُمْرِ (صحيح الترغيب)

“ Orang-orang yang berbuat kebaikan melindungi dirinya dari mati buruk, shadaqah yang disembunyikan akan meredam murkan Robb, silaturrahmi akan menambah umur “ (Shahih Targhib)

الصَّدَقَةُ عَلَى الْمِسْكِيْنِ صَدَقَةٌ، وَعَلَى ذِيْ الرَّحِمِ اِثْنَانِ : صَدَقَةٌ وَصِلَةٌ (صحيح الترغيب)

“ Shadaqah terhadap orang miskin akan dinilai shadaqah, dan (shadaqah) terhadap sanak saudara dinilai dua : shadaqah dan penyambung silaturahim “ (Shahih Targhib)

لَيْسَ شَيْءٌ أُطِيْعُ اللهَ تَعَالَى فِيْهِ أَعْجَلُ ثَوَابًا مِنْ صِلَةِ الرَّحِمِ، وَلَيْسَ شَيْءٌ أَعْجَلُ عِقَابًا مِنَ الْبَغْيِ وَقَطِيْعَةِ الرَّحِمِ (صحيح الجامع)

“ Tidak ada ketaatan kepada Allah swt yang lebih cepat mendapatkan pahalanya kecuali silaturahim (menyambung persaudaraan), dan tidak ada suatu kemunkaran yang lebih cepat mendatangkan hukuman kecuali memutus persaudaraan “ (Shahih Jami’)

AKHLAQ YANG BAIK

لَيْسَ شَيْءٌ أَثْقَلُ فِي الْمِيْزَانِ مِنَ الْخُلُقِ الْحَسَنِ (صحيح الجامع)

“ Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam timbangan selain akhlak yang baik “ (Shahih Jami)

إِنَّ الرَّجُـلَ لَيُدْرِكُ بِحُسْنِ خُلُقِهِ دَرَجَاتِ قَائِمِ الَّليْلِ صَائِمِ النَّهَارِ (صحيح الجامع)

“ Sesungguhnya seseorang yang berakhlak baik akan mendapatkan derajat orang yang bangun malam (beribadah), dan puasa pada siang harinya”

إِنَّ أَقْرَبَكُـمْ مِنِّي مَنْزِلاً يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَحَاسِنُكُمْ أَخْلاَقًا فِي الدُّنْيَا (صحيح الجامع)

“ Sesungguhnya orang yang paling dekat diantara kalian kepadaku pada hari kiamat adalah mereka yang akhlaknya baik di dunia “ (Shahih Jami’)

MENYINGKIRKAN GANGGUAN DI JALAN

أَمْطِ الأَذَى عَنِ الطَّرِيْقِ فَإِنَّهُ لَكَ صَدَقَةٌ (السلسلة الصحيحة)

“ Singkirkanlah segala rintangan dari jalan karena bagimu hal itu bernilai shadaqah “ (Silsilah Shahihah)

مَنْ أَخْرَجَ مِنْ طَرِيْقِ الْمُسْلِمِيْنَ شَيْئاً يُؤْذِيْهِمْ، كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهِ حَسَنَـةً، وَمَنْ كَتَبَ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً أَدْخَلَهُ الْجَنَّةِ (صحيح الجامع)

“ Siapa yang menyingkirkan bahaya apa saja dari jalannya kaum muslimin, Allah akan mencatat baginya kebaikan, dan siapa yang dicatat baginya kebaikan maka Allah akan memasukkannya ke dalam syurga “ (Shahih Jami’)

MENANAM TUMBUH-TUMBUHAN

مَنْ غَرَسَ غَرْساً، لَمْ يَأْكُلْ مِنْهُ آدَمِيٌّ، وَلاَ خَلْقٌ مِنْ خَلْقِ اللهِ، إِلاَّ كَانَ لَهُ صَدَقَةٌ (البخاري)

“ Siapa yang menanam tumbuh-tumbuhan, kemudian dimakan sebagiannya anak Adam atau diantara makhluk Allah, niscaya baginya (pahala) shadaqah “ (Bukhori)

سَبْعٌ يَجْرِيْ لِلْعَبْدِ أَجْرَهُنَّ وَهُوَ فِيْ قَبْرِهِ بَعْدَ مَوْتِهِ: مَنْ عَلَّمَ عِلْمًا أَوْ أَجْرَى نَهْرًا أَوْ حَفَرَ بِئْرًا أَوْ غَرَسَ نَخْلاً أَوْ بَنَى مَسْجِدًا أَوْ وَرَثَ مُصْحَفًا أَوْ تَرَكَ وَلَدًا يَسْتَغْفِرُ لَهُ بَعْدَ مَوْتِهِ (صحيح الجامع)

“ Tujuh (golongan) yang tetap mengalir bagi mereka pahalanya saat dia di kubur setelah kematiannya : Yang mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai, menggali (membuat) sumur, mewariskan mushaf, meninggalkan anak yang memintakan ampun untuknya setelah kematiannya “ (Shahih Jami’)

JUJUR

قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَكُوْنُوْا مَعَ الصَّادِقِيْنَ (التوبة : 119)

“ Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar “ (At Taubah 119)

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ، فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِيْ إِلَى الْبِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الْجَنَّةِ (صحيح الجامع)

“ Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran mengarahkanya kepada kebaikan, dan kebaikan mengarahkan kepada syurga “ (Shahih Jami’)

PENYAYANG

حُرِمَ عَلَى النَّارِ كُلَّ هَيِّنٍ لَيِّنٍ سَهْلٍ قَرِيْبٍ مِنَ النَّاسِ (السلسلة الصحيحة)

“ Diharamkan bagi neraka setiap orang yang santun, sopan dan memudahkan serta dekat dengan manusia “ (Silsilah Shahihah)

يَا عَائِشَةَ : إِنَّ اللهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ، وَيُعْطِيْ عَلَى الرِّفْقِ مَالاَ يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ، وَمَالاَ يُعْطَي عَلَى سِوَاهُ (صحيح الجامع)

“ Wahai Aisyah : Sesungguhnya Allah Maha Lembut dan menyukai kelembutan, dan Dia memberikan bagi sikap kelembutan apa-apa yang tidak diberikan bagi sikap kekasaran dan apa-apa yang tidak diberikan kepada sikap selainnya “ (Shahih Jami’)

مَنْ رَحِمَ وَلَوْ ذَبِيْحَةَ عُصْفُوْرٍ، رَحِمَهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ (البخاري)

“ Siapa yang memiliki rasa belas kasih meskipun terhadap sembelihan burung merpati, niscaya Allah akan menyayanginya pada hari kiamat “ (Bukhori)

MENAHAN AMARAH

مَنْ كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ يَسْتَطِيْعُ أَنْ يُنَفِّذَهُ، دَعَاهُ اللهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ حَتَّى يُخَيِّرَهُ فِي أَيِّ الْحُوْرِ شَاءَ (صحيح الترمذي)

“ Siapa yang mampu menahan amarah sedangkan dia mampu melakukannya, Niscaya Allah akan memanggilnya di hadapan makhluk-makhluknya hingga Dia memilihkan untuknya bidadari yang disukainya “

(Shahih Turmuzi)

KEUTAMAAN TAQWA

Allah swt berfirman :

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا [الطلاق : 2]

“ Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar “ (At-Thalaq : 2)

TAWADHU KARENA ALLAH SWT.

مَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلاَّ رَفَعَهُ اللهُ (مسلم)

“ Siapa yang tawadhu’ karena Allah niscaya Allah akan mengangkat (derajatnya) “ (Muslim)

SABAR

Allah swt berfirman :

} إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ{ (10) سورة الزمر

Tiada lain disempurnakan pahala orang yang sabar dengan tanpa hitungan.

[Az-Zumar :10]

Nabi bersabda yang artinya :

Orang beriman sungguh menakjubkan, Semua perkaranya baik baginya, dan hal tersebut tidak terjadi kecuali bagi seorang mu’min, jika dia mendapatkan kebaikan dia bersyukur karena itu baik baginya, dan jika dia mendapatkan keburukan dia bersabar, karena itu baik baginya (Muslim)

ZUHUD TERHADAP DUNIA

اِزْهَدْ فِي الدُّنْيَا يُحِبُّكَ اللهُ، وَازْهَدْ فِيْمَا فِي أَيْدِي النَّاسِ يُحِبُّكَ النَّاسُ (السلسلة الصحيحة)

“ Zuhudlah kamu terhadap dunia niscaya Allah akan mencintaimu, dan zuhudlah kamu terhadap apa yang ada di tangan manusia, niscaya mereka akan mencintaimu “ (Silsilah Shahihah)

BERBAKTI KEPADA ORANG TUA

قَالَ اللهُ تَعَالَى : }وَوَصَّيْنَا الإِْنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا{ (العنكبوت : 8)

“ Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang ibu-bapaknya “ (Al Ankabut 8)

رِضَى الرَّبِّ فِي رِضَى الْوَالِدِ، وَسُخْطُ اللهِ فِي سُخْطِ الْوَالِدِ

“ Ridhonya Robb terletak pada ridho orang tua, dan murkanya Robb terletak pada murkanya orang tua “ (Silsilah Shahihah)

رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ، رَغِمَ أَنْفُهُ قِيْلَ : مَنْ يَا رَسُوْلَ اللهِ ؟ قَالَ : مَنْ أَدْرَكَ أَبَوَيْهِ عِنْدَ الْكِبَرِ، أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلَمْ يَدْخُلِ الْجَنَّةِ مسلم

“ Celaka, celaka, celaka, (shahabat) bertanya : Siapa ya Rasulullah ? : “Siapa yang mendapatkan kedua orang tuanya disaat tua, salah satunya atau keduanya tapi tidak masuk syurga “ (Muslim)

BERBAKTI KEPADA BIBI

قَالَ اللهُ تَعَالَى : وَاتَّقُوا اللهَ الَّذِي تَسَاءَلُوْنَ بِهِ وَالأَرْحَام (النساء : 1)

Allah swt berfirman : “ Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahim “ (An-Nisa:1)

أَنَّ رَجُلاً أَتَى النَّبِيَّ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ إِنِّي أَصَبْتُ ذَنْبًا عَظِيْمًا فَهَلْ لِي مِنْ تَوْبَةٍ ؟ قَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ أُمٍّ ؟ قَالَ : لاَ، قَالَ : هَلْ لَكَ مِنْ خَالَةٍ ؟ قَالَ : نَعَمْ . قَالَ : فَبِرَّهَا " صحيح الترمذي

“ Seseorang mendatangi Rasulullahshollallohu ‘alaihi wa sallam dan berkata : “ Ya Rasulullah, sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa yang besar, apakah aku dapat bertaubat ?”, beliau bersabda : “ Apakah ibumu masih ada ?”, dia berkata : “ Tidak “, beliau bersabda : “ Apakah kamu punya bibi ?”, : “Ya”, beliau bersabda : “ Berbuat baiklah kepadanya “. Shahih Turmuzi.

MEMPERHATIKAN PARA JANDA, ANAK YATIM DAN ANAK WANITA.

عَنْ أَبِيْ هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ عَنِ النَّبِيِّ قَالَ : " السَّاعِيْ عَلَى الأَرْمَلَةِ وَالْمَسَكِيْنِ كاَلْمُجَاهِدِ فِي سَبِيْلِ اللهِ وَأَحْسِبُهُ قَالَ وَكاَلْقَائِمِ لاَ يَفْتُرُ، وَكَالصَّائِمِ لاَ يُفْطِرُ " متفق عليه

“ Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dari Rasulullah beliau bersabda : “ Orang yang memperhatikan janda dan orang miskin bagaikan mujahid di jalan Allah “ saya (Abu Hurairah) mengira beliau juga bersabda : “ Bagaikan orang yang beribadah tiada henti dan bagaikan orang yang selalu shoum “ (Muttafaq alaih)

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيْمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا. وَقَالَ بِأَصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةُ وَالْوُسْطَى " (البخاري)

“ Saya dan orang yang mengurusi anak yatim (nanti) di Syurga seperti ini, seraya mengisyaratkan dua jarinya

مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيْمٍ، لَمْ يَمْسَحْهُ إِلاَّ اللهُ، كَانَ لَهُ فِي كُلّ مَرَّةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٍ، وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيْمَةٍ أَوْ يَتِيْمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ. وَفَرَّقَ بَيْنَ أَصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةُ وَالْوُسْطَى "(أحمد 5/250)

“Siapa yang mengusap kepala anak yatim karena Allah, maka setiap usapan tangannya akan melahirkan beberapa kebaikan, dan barang siapa yang berbuat kebaikan kepada anak yatim wanita maupun laki-laki yang ada padanya, maka saya akan bersamanya di syurga seperti ini, seraya mengacungkan kedua jarinya, jari telunjuk dan tengah “ (Ahmad 5/250)

مَا مِنْ رَجُلٍ تُدْرِكُ لَهُ ابْنَتَانِ فَيَحْسُنُ إِلَيْهِمَا مَا صَحِبَتَاهُ أَوْ صَحِبَهُمَا إِلَّا أَدْخَلَتَاهُ الْجَنَّةَ (صحيح ابن ماجة)

“ Seseorang yang memiliki dua orang anak wanita lalu diperlakukannya dengan baik selama keduanya bersamanya atau dia menemani keduanya kecuali keduanya memasukkannya ke syorga [Shohih Ibnu Majah]

WUDHU

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ خَرَجَتْ خَطَايَاهُ مِنْ جَسَدِهِ حَتَّى تَخْرُجَ مِنْ تَحْتَ أَظْفَارِهِ (مسلم)

Siapa yang berwudu dan melakukannya dengan baik, maka segala kesalahannya keluar dari tubuhnya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya”

إِسْبَـاغُ الْوُضـُوْءِ عَلَى الْمَكَارِهِ، وَإِعْمَالُ الأَقْـدَامِ إِلِى الْمَسَاجِدِ، وَانْتِظَارِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ يَغْسِلُ الْخَطَايَا غُسْلاً (صحيح الترغيب)

“ Menyempurnakan wudhu pada saat tidak menyenangkan, dan berjalan kaki ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat dapat mencuci (menghapus) kesalahan hingga bersih “ (Shahih Targhib)

لاَ يَتَوَضَّـأَ رَجُلٌ فَيَحْسُنُ وُضُوْءُهُ، ثُمَّ يُصَلِّي الصَّلاَةَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الصَّلاَةِ الَّتِي تَلِيْهَا " متفق عليه

“ Seseorang yang berwudhu dengan sempurna, kemudian melakukan shalat, niscaya dirinya akan diampuni antara shalatnya hingga shalat berikutnya” Muttafaq alaih.

WUDHU DALAM KONDISI YANG TIDAK MENYENANGKAN

أَلاَ أَدُلُّكَ عَلَى مَا يَمْحُوْ اللهَ بِهِ الْخَطَايَا، وَيَرْفَعُ بِهِ الدَّرَجَاتَ ؟ قَالُوا : بَلَى يَا رَسُوْلَ اللهِ : قَالَ : إِسْبَاغُ الْوُضُوْءِ عَلَى الْمَكَارِهِ. وَكَثْرَةِ الْخُطَا إِلَى الْمَسَاجِدِ، وَاْنْتِظَارِ الصَّلاَةِ بَعْدَ الصَّلاَةِ. فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ فَذَلِكُمُ الرِّبَاطُ مسلم

“ Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat menghapus kesalahan dan meninggikan derajat”, mereka menjawab: “Mau ya Rasulullah ?”, “Berwudhu pada saat yang tidak menyenangkan dan memperbanyak langkah ke masjid, dan menunggu shalat setelah shalat, itulah jihad, itulah jihad “ Muslim

MENGUCAPKAN SYAHADAT SESUDAH WUDHU

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ قَالَ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّلهُمَّ اجْعَلْنِي مِنَ التَّوَّابِيْنَ، وَاجْعَلْنِي مِنَ الْمُتَطَهِّرِيْنَ فُتِحَتْ لَهُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَدْخُلُ مِنْ أَيِّهَا شَاءَ مسلم

“Siapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian mengucapkan : Asyhadu alla ilaah illallahu wahdahu laa syarikalah wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuuluh, Allahummaj’alni minattawwabin waj’alni minal mutathahhirin, maka akan dibuka baginya pintu-pintu syurga yang dia dapat masuk dari mana saja dia suka “ (Muslim)

AZAN

مَنْ أَذَّنَ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ سَنَةً وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةَ وَكُتِبَ لَهُ بِتَأْذِيْنِهِ فِي كُلِّ يَوْمٍ سِتُّوْنَ حَسَنَةً وَبِإِقَامَتِهِ ثَلاَثُوْنَ حَسَنَةً صحيح الجامع

“ Siapa azan selama dua belas tahun maka wajib baginya mendapatkan syurga dan azannya setiap hari dicatat sebagai enampuluh kebaikan dan iqomahnya dihitung tigapuluh kebaikan “ (Shahih Jami’)

اَلْمُؤَذِّنُ يُغْفَرْ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَيَشْهَدُ لَهُ كل رَطْبٌ وَيَابِسٌ صحيح أبي داود

Mu’azin (orang yang azan) akan diampuni sepanjang suaranya dan disaksikan oleh semua makhluk-Nya” (Shahih Abu Daud)

اَلْمُؤَذِّنُ يُغْفَرْ لَهُ مَدَى صَوْتِهِ وَأَجْرُهُ مِثْلَ أَجْرِ مَنْ صَلَّى مَعَهُ صحيح الجامع

“ Seorang mu’azin diampuni sepanjang suaranya dan pahalanya bagaikan pahala orang yang shalat bersamanya “ (Shahih Jami’)

BACAAN TATKALA MENDENGAR AZAN

مَنْ قَالَ حِيْنَ يَسْمَعُ الْمُؤَذِّنُ : أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. رَضِيْتُ بِاِللهِ رَبّاً وَبِمُحَمَّدٍ رَسُوْلاً وَبِالإِسْلاَمِ دِيْنًا غُفِرَ لَهُ ذَنْبُهُ مسلم

Siapa yang berkata tatkala mendengar mu’azin : tatkala (selesai) mendengarkan azan : Asyhadu Allaailaaha illallah wahdahu laa syarikalah wa’anna Muhammadan abduhu warasuluh, radiitu billahi rabba, wabil Islami diina wabimuhammadin nabiyya warasulaa, maka dosanya akan diampuni “ (Muslim)

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم فَقَامَ بِلاَلُ يُنَادِيْ فَلَمَّا سَكَتَ قَالَ رَسُوْلُ اللهُ صلى الله عليه وسلم " مَنْ قَالَ مِثْلَ مَا قَالَ هَذَا يَقِيْناً دَخَلَ الْجَنَّةَ"

“ Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dia berkata : Saat kami bersama Rasulullah berdirilah Bilal dan melakukan azan, tatkala diam bersabdalah Rasulullah : “ Siapa yang mengucapkan seperti apa yang dia ucapkan dengan yakin akan masuk syurga “ (

MEMBANGUN MASJID

مَنْ بَنَى مَسْجِدًا كَمِفْحَصِ خُطَاةٍ أَوْ أَصْغَرَ بَنَى اللهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ " صحيح ابن ماجة

“ Siapa yang membangun masjid sekedar rumah burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan membangunkan untuknya rumah di syurga “ Shahih Ibnu Majah

SIWAK

السِّوَاكُ تَطْهِرَةٌ لِلْفَمِ مَرْضَاةٌ لِلرَّبِّ [إرواء الغليل]

“ Siwak dapat mensucikan mulut dan mendatangkan keridhoan Robb“ (Irwa’ul Ghalil).

BERJALAN MENUJU TEMPAT SHALAT

مَنْ تَطَهَّرَ فِي بَيْتِهِ ثُمَّ مَضَى إِلَى بَيْتٍ مِنْ بُيُوْتِ اللهِ لِيَقْضِيَ فَرِيْضَةً مِنْ فَرَائِضِ اللهِ، كَانَتْ خُطُوَاتُهُ إِحْدَاهُمَا تُحَطُّ خَطِيْئَةً وَالأُخْرَى تَرْفَعُ دَرَجَةٌ (مسلم)

“ Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian berangkat ke rumah Allah untuk menunaikan salah satu kewajiban dari Allah (shalat), niscaya langkah-langkahnya yang satu akan menghapuskan kesalahan dan yang lainnya akan mengangkat derajat “ (Muslim)

مَنْ غَدَا إِلَى الْمَسْجِدِ وَرَاحَ أَعَدَّ اللهُ لَهُ فِي الْجَنَّةِ نَزْلاً كُلَّمَا غَدَا أَوْ رَاحَ البخاري

“ Siapa yang segera berangkat ke masjid dan kemudian (setelah selesai shalat) keluar darinya niscaya akan Allah sediakan baginya syurga suatu tempat di syurga setiap kali dia berangkat dan keluar dari masjid “

مَنْ خَرَجَ مِنْ بَيْتِهِ مُتَطَهِّرًا إِلىَ صَلاَةٍ مَكْتُوْبَةٍ فَأَجْرُهُ كَأَجْرِ الْمُحْرِمِ صحيح أبي داود

“ Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk melakukan shalat fardhu, maka pahalanya bagaikan pahala orang yang sedang melakukan ihram “ (Shahih Abu Daud)

بَشِّرِ الْمَشَّائِيْنَ فِي الظُّلْمِ إِلَى الْمَسَاجِدِ بِالنُّوْرِ التَّامِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ صحيح ابن ماجة

“ Berikan kabar gembira kepada orang yang berjalan dalam kegelapan menuju masjid, yaitu bahwa mereka akan mendapatkan cahaya yang terang benderang pada hari qiyamat “ (Shahih Ibnu Majah)

SHALAT

إَنَّ الْعَبْدَ إِذَا قَامَ يُصَلِّي أَتَى بِذُنُوْبِهِ كُلِّهَا فَوُضِعَتْ عَلَى رَأْسِهِ وَعَاتِقَيْهِ، فَكُلَّمَا رَكَعَ أَوْ سَجَدَ تَسَاقَطَتْ عَنْهُ " السلسلة الصحيحة

“ Seorang hamba jika dia bangun untuk mendirikan shalat, maka didatangkan semua dosanya dan diletakkan diatas kepalanya dan kedua pundaknya, maka setiap kali dia ruku’ dan sujud berjatuhanlah (dosa-dosa itu) darinya “ (Silsilah Shahihah)

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ للهِ سَجْدَةً إِلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، وَحُطَّ عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً وَرُفِعََ لَهُ بِهَا دَرَجَةً، فَاسْتَكْثِرُوا مِنَ السُّجُوْدِ (صحيح الجامع)

“ Seorang hamba disaat sujud kepada Allah niscaya akan Allah tulis baginya satu kebaikan, dan dihapus darinya satu kesalahan dan diangkat baginya satu derajat, maka perbanyaklah kalian untuk bersujud “ (Shahih Jami’)

إِنَّ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يُذْهِبْنَ بِالذُّنُوْبِ كَمَا يُذْهِبُ الْمَاءُ الدَّرْنَ " (صحيح الجامع)

“ Sesungguhnya shalat (fardhu) yang lima itu menghapus segala dosa sebagaimana air menghapus kotoran “ (Shahih Jami’)

مَنْ أَتَمَّ الْوُضُوْءَ كَمَا أَمَرَهُ اللهُ فَالصَّلَوَاتُ الْمَكْتُوْبَاتِ كَفَّارَاتٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ " مسلم

“ Siapa yang menyempurnakan wudhu sebagaimana yang diperintahkan Allah, (kemudian dia melakukan) shalat-shalat yang difardhukan, niscaya semua itu menjadi penghapus (dosa-dosa) diantara shalat fardhu itu.” Muslim

أَفْضَلُ الصَّلَوَاتٍ عِنْدَ اللهِ صَلاَةُ الصُّبْحِ يَوْمَ الْجُمْعَةِ فِي جَمَاعَةٍ صحيح الجامع

“ Shalat yang paling afdhal disisi Allah adalah shalat Shubuh pada hari Jum’at secara berjamaah” (Shahih Jami’)

SHALAT DI AWAL WAKTU

أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلىَ اللهِ الصَّلاَةُ لِوَقْتِهَا، ثُمَّ بِرُّ الوَالِدَيْنِ ثُمَّ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ متفق عليه

“ Perbuatan yang paling disukai Allah adalah (melakukan) shalat pada awal waktu, kemudian berbakti kepada orang tua, kemudian jihad di jalan Allah “ Muttafaq alaih

فَإِنَّ رَبَّكُمْ يَقُوْلُ : مَنْ صَلَّى الصَّلاَةَ لِوَقْتِهَا، وَحَافَظَ عَلَيْهَا وَلَمْ يُضَيِّعْهَا اِسْتِخْفَافًا بِحَقِّهَا، فَلَهُ عَلَيَّ عَهْدٌ أَنْ أُدْخِلَهُ الْجَنَّةَ [ إرواء الغليل 387]

“ Sesungguhnya Rabb kalian berfirman : Siapa yang shalat pada waktunya dan menjaganya serta tidak melalaikannya karena menganggap remeh kedudukannya, maka baginya ada janji dari-Ku untuk Aku masukkan kedalam syurga “

SHALAT BERJAMAAH

صَلاَةُ الرَّجُلِ فِيْ جَمَاعَةٍ تَزِيْدُ عَلَى صَلاَتِهِ فِي بَيْتِهِ وَصَلاَتُهُ فِي سُوْقِهِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ دَرَجَةً، وَذَلِكَ أَنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْمَسْجِدَ لاَ يُرِيْدُ إِلاَّ الصَّلاَةَ، لَمْ يَخْطُ خُطْوَةً إِلاَّرَفَعَهُ اللهُ بِهِ دَرَجَةً وَحَطَّ عَنْهُ بِهَا خَطِيْئَةً، حَتَّى يَدْخُلَ الْمَسْجِدَ، فَإِذَا دَخَلَ الْمَسْجِدَ كَانَ فِي صَلاَةٍ مَا كَانَتِ الصَّلاَةُ تَحْبِسُهُ، وَتُصَلِّي الْمَلاَئِكَةَ عَلَيْهِ مَا دَامَ فيِ مَجْلِسِهِ الَّذِي يُصَلِّي فِيْهِ، يَقُوْلُوْنَ : اللَّهُمَّ اغْفِرْلَهُ، اللَّهُمَّ ارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ تُبْ عَلَيْهِ، مَالَمْ يُؤْذِ فِيْهِ أَوْ يَحْدُثْ فِيْهِ " (متفق عليه)

“ Shalatnya seseorang dalam jama’ah dibanding shalatnya di rumah dan di pasar nilainya lebih banyak duapuluh lima derajat, hal yang demikian itu karena jika salah seorang diantara kamu menyempurnakan wudhunya kemudian berjalan menuju masjid hanya untuk tujuan shalat, niscaya maka setiap langkahnya akan mengangkat derajatnya dan menghapus kesalahannya hingga dia masuk masjid, jika dia telah masuk masjid, maka (pahalanya) dia bagaikan dalam keadaan orang shalat, selama shalat yang membuatnya tidak beranjak, sementara para malaikat mendoakannya selama dia ditempat shalatnya dengan mengucapkan : Yaa Allah, ampunilah dia, Yaa Allah sayangilah dia, Yaa Allah berilah dia taubat, selama dia tidak menyakiti (orang lain) didalamnya dan tidak berhadats “ Muttafaq alaih

مَنْ صَلَّى أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا فِي جَمَاعَةٍ، يُدْرِكُ التَّكْبِيْرَةِ الأُوْلَى، كُتْبَ لَهُ بَرَاءَتَانِ، بَرَاءَةٌ مِنَ النَّارِ، وَبَرَاءَةٌ مِنَ النِّفَاقِ " (صحيح الجامع)

“ Siapa yang shalat sebanyak empat puluh hari secara berjamaah, dan mendapatkan takbir pertama, dicatat baginya dua kebebasan, kebebasan dari neraka, dan kebebasan dari nifaq (sifat munafiq) “ (Shahih Jami’)

BERADA DI BARISAN PERTAMA DALAM SHALAT

لَوْ تَعْلَمُوْنَ مَا فِي الصَّفِّ الأَوَّلِ لَكَانَتْ قُرْعَةً مسلم

“ Seandainya kalian mengetahui apa yang terdapat dalam barisan pertama niscaya mereka akan melakukan undian (untuk mendapatkannya)” Muslim

MENGUCAPKAN AMIN

إِذَا أَمَّنَ الإِمَامُ فَأَمِّنُوا، فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ تَأْمِيْنَهُ تَأْمِيْنَ المَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ متفق عليه

“ Jika Imam mengucapkan amin maka hendaklah kalian juga mengucapkan amin, karena siapa yang aminnya berbarengan dengan malaikat niscaya akan diampuni baginya dosa sebelumnya” (Muttafaq alaih)

UCAPAN MAKMUM DALAM I’TIDAL.

إِذَا قَالَ الإِمَامُ : سَمِعَ اللهُ لِمَنْ حَمِدَه، فَقُولُوا : اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَلَكَ الْحَمْدُ . فَإِنَّهُ مَنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلَ الْمَلاَئِكَةِ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ البخاري

“ Jika Imam berkata : Sami’allahuliman hamidah, maka ucapkanlah: Allahumma rabbana walakal hamdu. Karena siapa yang ucapannya berbarengan dengan ucapan malaikat niscaya akan diampuni baginya dosa sebelumnya “ Bukhori

SHALAT JUM’AT

مَنْ تَوَضَّأَ فَأَحْسَنَ الْوُضُوْءَ ثُمَّ أَتَى الْجُمْعَةَ فَاسْتَمَعَ وَأَنْصَتَ غُفِرَ لَهُ مَا بَيْنَهُ وَبَيْنَ الْجُمْعَةِ وَزِيَادَةَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مسلم

“ Siapa yang berwudhu dan menyempurnakan wudhunya kemudian berangkat untuk shalat jum’at, lalu mendengarkan (khutbah) dan diam, niscaya akan diampuni baginya antaranya dan antara Jum’at berikutnya ditambah tiga hari [HR Muslim .]

BERSEGERA UNTUK SHALAT JUM’AT

مَنْ غَسَلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ وَاغْتَسَلَ ثُمَّ بَكَرَ وَالتَبَكُّرِ وَمَشَى وَلَمْ يَرْكَبْ، وَدَنَا مِنَ الإِمَامِ فَاسْتَمَعَ وَلَمْ يُلْغِ، كَانَ لَهُ بِكُلِّ خُطْوَةٍ عَمَلُ سَنَةِ أَجْرِ صِيَامِهَا وَقِيَامِهَا صحيح الترمذي

“ Siapa yang mandi pada hari Jum’at dan bersegera (berangkat) dengan berjalan tanpa berkendaraan, lalu mendekati tempat imam dan mendengarkan serta tidak berbuat sia-sia, maka bagi setiap langkahnya bagaikan pahala amal puasanya dan ibadahnya selama satu tahun “ Shahih Turmuzi

مَنْ اغْتَسَلَ يَوْمَ الْجُمْعَةِ غُسْلَ الْجَنَابَةِ ثُمَّ رَاحَ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَدَنَةٍ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّانِيَةِ، فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَقَرَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الثَّالِثَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ كَبْشًا أَقْرَنَ، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الرَّابِعَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ دَجَاجَةً، وَمَنْ رَاحَ فِي السَّاعَةِ الْخَامِسَةِ فَكَأَنَّمَا قَرَّبَ بَيْضَةً فَإِذَا خَرَجَ الإِمَامُ حَضَرَتِ الْمَلاَئِكَةُ يَسْتَمِعُوْنَ الذِّكْرَ " متفق عليه

“ Siapa yang mandi pada hari Jum’at seperti mandi junub kemudian berangkat (pada waktu pertama) maka dia bagaikan berkorban dengan seekor onta, barang siapa yang berangkat pada waktu kedua seakan-akan berkurban dengan satu ekor sapi. Barang siapa berangkat pada waktu yang ketiga seakan-akan berkurban dengan seekor kambing yang bertanduk dan barang siapa yang berangkat pada waktu yang keempat seakan-akan berkurban dengan seekor ayam jago. Barang siapa yang berangkat pada waktu yang kelima seakan-akan dia berkurban dengan satu butir telur dan jika imam keluar untuk naik mimbar datanglah malaikat untuk mendengan dzikir[Khutbah]

WAKTU MUSTAJAB PADA HARI JUM’AT

إِنَّ فِي الْجُمْعَةِ لَسَاعَةٌ لم يوَافِقُهَا مُسْلِمٌ قَائِمٌ يُصَلِّي يَسْأَلُ اللهَ خَيْرًا إِلاَّ أَعْطَاهُ اللهُ إِيَّاهُ" متفق عليه

“ Sesungguhnya pada hari Jum’at terdapat sa’at-sa’at yang jika bertepatan pada waktu seorang muslim yang sedang sedang shalat meminta kepada Allah tentang kebaikan niscaya akan Allah berikan kepadanya “ Muttafaq alaih

SHALAT NAFILAH (SUNNAH)

صَلاَةُ الرَّجُلِ تَطَوَّعًا حَيْثُ لاَ يَرَاهُ النَّاسُ تَعْدِلُ صَلاَتَهُ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ خَمْسًا وَعِشْرِيْنَ صحيح الجامع

“ Shalat sunnahnya seseorang yang tidak dilihat manusia menyerupai shalatnya dia di depan manusia sebanyak dua puluh lima kali “ Shahih Jami’

رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا مسلم

“ Dua rakaat (sebelum shalat) Fajar lebih baik dari dunia beserta isinya “ Muslim

مَنْ ثَابَرَ عَلَى اثْنَتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً فِي الْيَوْمِ وَالَّليْلَةِ دَخَلَ الْجَنَّةَ : أَرْبَعاً قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا، وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ، وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ صحيح النسائى

“ Siapa yang secara konsisten melakukan dua belas rakaat (shalat Rawatib) setiap hari dan malam niscaya akan masuk syurga : Empat rakaat sebelum Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua rakaat sebelum Shubuh “ Shahih Nasa’i.

مَنْ حَافَظَ عَلَى أَرْبَعَ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَأَرْبَعَ بَعْدَهَا حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ صحيح أبي داود

“ Siapa yang menjaga empat rakaat sebelum Zuhur dan empat rakaat sesudahnya Allah haramkan dia dari api neraka “ Shahih Abu Daud

رَحِمَ اللهُ امْرَءًا صَلَّى قَبْلَ الْعَصْرِ أَرْبَعاً صحيح أبي داود

“ Semoga Allah merahmati orang yang shalat empat rakaat sebelum Ashar “ (Shahih Abu Daud)

SHALAT DUHA

يُصْبِحُ عَلَى كُلِّ سُلاَمَي مِنْ أَحَدِكُمْ صَدَقَةً فَكُلُّ تَسْبِيْحَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَحْمِيْدَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَهْلِيْلَةٍ صَدَقَةٌ وَكُلُّ تَكْبِيْرَةٍ صَدَقَةٌ وَأَمْرٌ بِمَعْرُوْفٍ صَدَقَةٌ وَنَهْيٌ عَنِ الْمُنْكَرِ صَدَقَةٌ وَيُجْزِئُ مِنْ ذَلِكَ رَكْعَتَانِ يَرْكَعُهُمَا مِنَ الضُّحَى مسلم

“Setiap tulang persendian kalian harus dishadaqahi, setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap takbir adalah shadaqah, amar ma’ruf adalah shadaqah, nahi munkar adalah shadaqah, yang demikian itu dapat terbalas dengan melakukan dua rakaat shalat Dhuha.

SUJUD

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْجُدُ للهِ سَجْدَةً إِلاَّ كَتَبَ اللهُ لَهُ بِهَا حَسَنَةً، وَمَحَى عَنْهُ بِهَا سَيِّئَةً، وَرَفَعَ لَهُ بِهَا دَرَجَةً، فَاسْتَكْثِرُوا مِنَ السُّجُوْدِ حيح ابن ماجة

“ Tidak ada seorang hamba yang bersujud kepada Allah sekali sujud saja niscaya Allah tulis baginya dengan sujudnya itu, sebuah kebaikan, dan Dia hapus kesalahan-Nya, Dia derajat-Nya.

QIYAMULLAIL (TAHAJJUD)

عَلَيْكُمْ بِقِيَامِ اللَّيْلِ فَإِنَّهُ دَأْبُ الصَّالِحِيْنَ قَبْلَكُمْ وَقُرْبَةٌ إِلَى اللهِ تَعَالَى وَمُنْهَاةٌ عَنِ الإِثْمِ وَتَكْفِيْر للِسَّيِّئَاتِ وَمَطْرَدَةٌ لِلدَّاءِ عَنِ الْجَسَدِ مسلم صحيح الجامع

“Hendaklah kalian melakukan qiyamullail karena hal tersebut merupakan kebiasaan orang-orang shaleh sebelum kamu, dapat menghapuskan dosa serta kesalahan dan dapat menyingkirkan penyakit dari badan” (Muslim, shahilul Jami’)

إِذَا أَيْقَظَ الرَّجُلُ أَهْلَهُ مِنَ الَّليْلِ فَصَلَّيَا أَوْ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ جَمِيْعًا كُتِبَا فِي الذَّاكِرِيْنَ وَالذَّاكِرَاتِ صحيح الترغيب

“Jika seseorang membangunkan istrinya pada waktu malam, kemudian mereka berdua shalat, atau dia shalat dua rakaat bersama-sama, maka mereka berdua dicatat sebagai orang-orang yang berzikir” (Shahih Targhib)

BERZIKIR SETELAH SHALAT SHUBUH HINGGA TERBIT MATAHARI

مَنْ صَلَّى الصُّبْحَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةً تَامَّةً تَامَّةً صحيح الترمذي

“Siapa yang shalat shubuh berjamaah, kemudian duduk hingga terbit matahari, lalu shalat dua rakaat, maka baginya bagaikan pahala haji dan umroh dengan sempurna….dengan sempurna….dengan sempurna ”

َلأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ مِنْ صَلاَةِ الْغَدَاةِ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً مِنْ وَلَدِ إِسْمَاعِيْلَ صحيح أبي داود

“Saya duduk bersama orang-orang yang berzikir setelah shalat Shubuh hingga terbit matahari lebih saya sukai dari pada membebaskan empat orang budak dari Bani Isam’il” (Shahih Abu Daud)

BERZIKIR KEPADA ALLAH SETELAH SHALAT ASHAR HINGGA TERBENAM MATAHARI

َولأَنْ أَقْعُدَ مَعَ قَوْمٍ يَذْكُرُوْنَ اللهَ مِنْ صَلاَةِ الْعَصْرِ إِلىَ أَنْ تَغْرُبَ الشَّمْسُ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ أَنْ أُعْتِقَ أَرْبَعَةً صحيح أبي داود

“Saya duduk bersama satu kaum yang berzikir kepada Allah dari shalat Ashar hingga terbenam matahari lebih saya sukai dari pada membebaskan empat orang budak” (Shahih Abu Daud)

ZIKIR DAN TASBIH

أَيَعْجِزُ أَحَدُكُمْ أَنْ يَكْسِبَ كُلَّ يَوْمٍ أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ فَسَأَلَهُ سَائِلٌ مِنْ جُلَسَائِهِ : كَيْفَ يَكْسِبُ أَحَدُنَا أَلْفَ حَسَنَةٍ ؟ قَالَ يُسَبِّحُ مِائَةَ تَسْبِيْحَةٍ، فَيُكْتَبُ لَهُ أَلْفَ حَسَنَةٍ أَوْ يُحَطُّ عَنْهُ أَلْفَ خَطِيْئَةٍ مسلم

“Tidak mampukah salah seorang diantara kalian meraih seribu kebaikan dalam sehari ?, maka berkatalah salah seorang shahabatnya: “Bagaimanakah salah seorang diantara kita meraih seribu kebaikan (dalam sehari) ?. Beliau bersabda: “Ucapkanlah tashbih(سبحان الله وبحمده/Subhanallah) seratus kali, niscaya akan dicatat baginya seribu kebaikan dan dihapus baginya seribu keburukan” Muslim

كَلِمَتَانِ خَفِيْفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ثَقِيْلَتَانِ فِي الْمِيْزَانِ حَبِيْبَتَانِ إِلىَ الرَّحْمَنِ : سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ اللهِ الْعَظِيْمِ صحيح ابن ماجة

Ada dua kalimat yang ringan (diucapkan) oleh lisan tetapi berat dalam timbangan disisi Allah: Subhanallah wabihamdihi subhanallahil Adzim “ Shahih Ibnu Majah.

سُبْحَانَ اللهِ وَالْحَمْدُ للهِ وَلاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ يَغْرِسُ لَكَ بِكَ وَاحِدَةً شَجَرَةَ فِي الْجَنَّةِ صحيح ابن ماجه

“Subhanallah Walhamdulillah Walaailaaha Illallah Wallahuakbar, (adalah kalimat yang dengan membacanya) akan ditanamkan bagimu sebatang pohon dalam syurga “ Shahih Ibnu Majah

ZIKIR TATKALA BANGUN DARI MAJLIS

مَنْ جَلَسَ فِي مَجْلِسِهِ يَكْثُرُ فِيْهِ لَغَطُهُ فَقَالَ قَبْلَ أَنْ يَقُوْمَ مِنْ مَجْلِسِ ذَلِكَ : سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ أَسْتَغْفِرُكَ وَأَتُوْبُ إِلَيْكَ إِلاَّ غُفِرَ لَهُ مَا كَانَ فِي مَجْلِسِهِ ذَلِكَ صحيح التزمذي

“Siapa yang duduk dalam majlis yang didalamnya banyak terdapat senda gurau, kemudian sebelum beranjak dari tempat itu dia mengucapkan: Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaaik, maka dia akan diampuni atas apa yang diperbuatnya pada majlisnya tersebut” Shahih Turmuzi.

ISTIGHFAR

قال الله تعالى :

وَمَنْ يَعْمَلْ سُوْءاً أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ يَجِدِ اللهَ غَفُوْراً رَحِيْماً النساء 110

“ Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya. Kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Pengampun Lagi Maha Penyayang “ (An Nisa 110)

وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ (آل عمران : 135)

“ Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat akan Allah …” (Ali Imran 135)

طُوْبَى لِمَنْ وَجَدَ فِي صَحِيْفَتِهِ إِسْتِغْفَارًا كَثِيْراً

صحيح ابن ماجه

“Beruntunglah orang yang mendapatkan dalam lembaran (kehidupan)-nya istighfar yang banyak” Shahih Ibnu Majah.

مَامِنْ عَبْدٍ يَذْنِبُ ذَنْباً فَيُحْسِنُ الطَّهُوْرَ ثُمَّ يَقُوْمُ فَيُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ غَفَرَ اللهُ لَهُ ثُمَّ قَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ : وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ إِلَى آخِرِ الآيَةِ صحيح أبي داود

“Setiap hamba yang melakukan suatu dosa, kemudian dia bersuci (berwudhu) dengan sempurna, kemudian dia berdiri untuk melaksanakan shalat dua rakaat kemudian istighfar kepada Alloh subhaanahu wa ta’aalaa. pastilah Alloh ampuni buatnya . Kumudian Beliau membaca ayat ini :

وَالَّذِيْنَ إِذَا فَعَلُوا فَاحِشَةً أَوْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ ذَكَرُوا اللهَ

Sampai ahir ayat

UCAPAN لا حول ولا قوة إلا بالله

أَكْثِرْ مِنْ قَوْلِ لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ فَإِنَّهَا مِنْ كُنُوْزِ الْجَنَّةِ صحيح ابن ماجه

“Perbanyaklah membaca: Laa haula Walaa Quwwata Illah Billah” karena merupakan gudang harta di syurga” Shahih Ibnu Majah

SHALAWAT KEPADA NABI

مَنْ صَلَّى عَلَيَّ صَلاَةً وَاحِدَةً صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ عَشْرَ صَلَوَاتٍ وَحُطَّتْ عَنْهُ عَشَرَ خَطِيْئَاتٍ، وَرُفِعَتْ لَهُ عَشْرَ دَرَجَاتٍ صحيح النسائي

“Siapa yang (membaca) shalawat kepadaku sekali saja maka Allah akan bershalawat (merahmatinya) sepuluh kali dan dihapuskan baginya sepuluh kesalahan serta diangkat untuknya sepuluh derajat” Shahih An Nasa’i.

SHOUM

الصَّوْمُ جُنَّةٌ يَسْتَجِنُّ بِهَا الْعَبْدُ مِنَ النَّارِ صحيح الجامع

“Puasa (shoum) adalah tameng yang dengannya seorang hamba berlindung dari api neraka” Shahih Al Jami’

مَنْ صَامَ يَوْماً فِي سَبِيْلِ اللهِ بَاعَدَ اللهُ مِنْهُ جَهَنَّمَ مَسِيْرَةَ مِائَةَ عَامٍ صحيح الجامع

“Siapa yang puasa sehari di jalan Allah, maka Allah jauhkan darinya api neraka sejauh seratus tahun perjalanan [Shohih Al-Jami’]

مَنْ عَتَمَ لَهُ بِصَوْمِ يَوْمٍ مُحْتَسِباً عَلَى اللهِ عَزَّ وَجَلَّ دَخَلَ الْجَنَّةَ السلسلة الصحيحة

“Siapa yang melakukan shoum sehari dengan mengharap pahala dari Allah ta’ala maka dia masuk syurga” Silsilah Shahihah.

SHOUM TIGA HARI SETIAP (PERTENGAHAN) BULAN

مَنْ صَامَ ثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ فَقَدْ صَامَ الدَّهْرُ كُلُّهُ صحيح الجامع

“Siapa yang shoum tiga hari setiap bulan maka dia seperti berpuasa sepanjang masa” Shahih Jami’

SHOUM RAMADHAN

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ البخاري

“Siapa yang yang puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu” [Al Bukhori]

SHOUM ENAM HARI PADA BULAN SYAWAL

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَأَتْبَعَهُ سِتاًّ مِنْ شَوَّال كَانَ كَصَوْمِ الدَّهْرِ مسلم

“Siapa yang puasa Ramadhan kemudian diikuti dengan puasa Syawwal enam (hari) maka dia bagaikan puasa selamanya” Muslim

SHOUM PADA MUSIM DINGIN

الصَّوْمُ فِي الشِّتَاءِ الْعَنِيْمَةُ الْبَارِدَةُ السلسلة الصحيحة

“Puasa pada musim dingin bagaikan mendapatkan ghanimah (rampasan perang) dingin” Silsilah Shahihah

SHOUM HARI ARAFAH DAN HARI ‘ASYURO

مَنْ صَامَ يَوْمَ عَرَفَةَ غُفِرَ لَهُ سَنَةٌ أَمَامَهُ وَسَنَةٌ خَلْفَهُ وَمَنْ صَامَ عَاشُوْرَا غُفِرَ لَهُ سَنَةً صحيح الترغيب

“Siapa yang puasa pada hari Arafah maka diampuni baginya (dosa) setahun sesudahnya dan setahun sebelumnya, dan siapa yang puasa Asyuro maka diampuni baginya (dosa) setahun” Shahih Targhib

SHOUM SYA’BAN

شَعْبَانُ بَيْنَ رَجَبَ وَرَمَضَانَ يَغْفَلُ النَّاسَ عَنْهُ تَرْفَعُ فِيْهِ الأَعْمَالَ فَأَحَبُّ أَنْ لاَ يُرْفَعُ عَمَلِي إِلاَّ وَأَنَا صَائِمٌ السلسلة الصحيحة

“(Bulan) Sya’ban terletak antara (bulan) Rajab dan Ramadhan, banyak orang yang mengabaikannya, pada bulan itu perbuatan manusia diangkat, maka aku ingin saat amalku diangkat aku berada dalam keadaan shoum” Silsilah Shahihah.

SHOUM PADA BULAN MUHARRAM

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللهِ الْمُحَرَّمِ

مسلم

“Puasa yang paling utama setelah Ramadhan adalah (puasa) pada bulan Allah (yaitu) Muharram” Muslim

MEMBERI MAKAN BERBUKA BAGI ORANG YANG SHOUM

مَنْ فَطَّرَ صَائِماً كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئاً صحيح الجامع

“Siapa yang memberi makan berbuka bagi orang berpuasa maka baginya pahala seperti orang tersebut dan tidak mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikitpun” Shahih Jami’

SAHUR

السَّحُوْرُ كُلُّهُ بَرَكَةٌ فَلاَ تَدَعُوْهُ وَلَوْ أَنْ يَجَرَّعَ أَحَدُكُمْ جُرْعَةً مِنْ مَاءٍ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى الْمُتَسَحِّرِيْنَ صحيح الترغيب

“Sahur semuanya adalah barokah, maka janganlah kalian meninggalkannya walaupun sekedar meminum seteguk air, karena Allah ta’ala dan malaikatnya mendoakannya kepada orang yang sahur” hahih Targhib.

BERIBADAH PADA BULAN RAMADHAN

مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ البخاري

“Siapa yang beribadah pada bulan Ramadhan dengan keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu” Bukhori

BERIBADAH PADA LAILATUL QADAR

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدَرِ إِيْمَاناً وَاحْتِسَاباً غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ متفق عليه

“Siapa yang beribadah pada malam Lailatul Qadar dengan keimanan dan mengharapkan pahala maka diampuni baginya dosanya yang telah lalu” Muttafaq alaih.

ZAKAT

عَنْ عَمْرِو بْنِ مُرَّة الْجُهَنِي رَضِيَ اللهَ عَنْهُ قَالَ : جَاءَ رَجُلٌ مِنْ قَضَاعَةٍ إِلاَّ رَسُوْلُ اللهِ، فَقَالَ : إِنِّي شَهِدْتُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّكَ رَسُوْلُ اللهِ وَصَلَيَّتُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ وَصُمْتُ رَمَضَانَ وَقُمْتُهُ آَتَيْتُ الزَّكاَةَ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ مَنْ مَاتَ عَلىَ هَذاَ كَانَ مِنَ الصَّدِيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءِ صحيح الترغيب

“Dari Umar bin Murroh Al Juhany radiallahu anhu dia berkata: Datang seseorang dari (suku) Qudhoah kepada Rasulullah, lalu berkata: “Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah Rasulullah, aku melakukan shalat (fardhu) yang lima, aku berpuasa pada bulan Ramadhan, aku laksanakan zakat, maka Rasulullah bersabda: “Siapa yang meninggal dalam keadaan seperti itu maka dia tergolong orang-orang yang jujur (shiddiqin) dan syuhada” Shahih Targhib.

ZAKAT FITRAH

صَدَقَةُ الْفِطْرِ طُهْرَةٌ لِلصَّائِمِ مِنَ اللَّغْوِ وَالرَّفَثِ، طُعْمَةً لِلْمَسَاكِيْنَ صحيح الترغيب

“Shadaqah (zakat) fitrah adalah pensuci bagi orang yang berpuasa dari kelalaian dan perbuatan buruk dan untuk memberi makan bagi orang-orang miskin” Shahih Targhib

SHADAQAH

الصَّوْمُ جُنَّةٌ وَالصَّدَقَةُ تُطْفِئُ الْخَطِيْئَةَ كَمَا يُطْفِئُ الْمَاءُ النَّارَ صحيح الترغيب

“Puasa adalah tameng dan shadaqah dapat memadamkan (menghapus) kesalahan sebagaimana air memadamkan api” Shahih Targhib

عَلَيْكُمْ بِصَدَقَةِ السِّرِّ فَإِنهَّاَ تُطْفِئُ غَضَبَ الرَّبِّ عَزَّ وَجَلَّ صحيح الجامع

“Hendaklah kalian bershodaqah dengan tersembunyi, karena hal demikian itu dapat menahan amarah Allah azza wa jalla” Shahih Jami’

UCAPAN YANG BAIK

اِتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَإِن لَمْ تَجِدُوا فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ صحيح الجامع

“Takutlah kalian terhadap api neraka walau dengan sekerat korma, jika tidak dapat maka hendaklah (bersedekah) dengan kalimat yang baik” Shahih Jami’

TIDAK BERBUAT BURUK KEPADA MANUSIA

كَفُّ شَرُّكَ عَنِ النَّاسِ فَإِنَّهَا صَدَقَةٌ مِنْكَ عَلَى نَفْسِكَ صحيح الجامع

“Tahanlah perbuatan burukmu dari orang lain, karena yang demikian itu merupakan sedekah darimu untuk dirimu” Shahih Jami’

HAJI

مَنْ حَجَّ فَلَمْ يَرْفُثْ وَلَمْ يَفْسُقْ رَجَعَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ البخاري

“Siapa yang menunaikan haji kemudian dia tidak berkata kotor dan berlaku buruk maka dia pulang bagaikan saat dilahirkan ibunya” Bukhori

أًمَّا خُرُوْجُكَ مِنْ بَيْتِكَ تَؤُمُّ الْبَيْتَ الْحَرَامَ فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ وَطْأَةٍ تَطَؤُهَا رَاحِلَتُكَ يَكْتُبُ اللهُ لَكَ بِهَا حَسَنَةً وَيَمْحُو عَنْكَ بِهَا سَيِّئَةً . وَأَمَّا وُقُوْفُكَ بِعَرَفَةَ فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ يَنْزِلُ إِلَى السَّمَاءِ الدُّنْيَا فَيُبَاهِي بِهِمُ المَلاَئِكَةَ فَيَقُوْلُ هَؤُلاَءِ عِبَادِي جَاءُوْنِي شَعْثاً غُبْرًا مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ يَرْجُوْنَ وَيَخَافُوْنَ عَذَابِي وَلَمْ يَرَوْنِي فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْنِي ؟ فَلَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلَ رَمْلٍ عَالِجٍ أَمْ مِثْلَ أَيَّامِ الدُّنْيَا أَوْ مِثْلَ قَطْرِ السَّمَاءِ ذُنُوْباً غَسَلَهَا اللهُ عَنْكَ وَأَمَّا رَمْيُكَ الْجِمَارَ فَإِنَّهُ مَدْخُوْرٌ لَكَ وَأَمَّا حَلْقُكَ رَأْسَكَ فَإِنَّ لَكَ بِكُلِّ شَعْرَةٍ تَسْقُطُ حَسَنَةً فَإِذَا طُفْتَ بِالْبَيْتِ خَرَجْتَ مِنْ ذُنُوْبِكَ كَيَوْمٍ وَلَدَتْكَ أُمُّكَ صحيح الجامع

“Adapun keluarnya kamu dari rumahnya dengan tujuan Baitullah, maka setiap langkah yang dilangkahkan tungganganmu (kendaraan) akan dihitung sebagai kebaikanmu dan penghapus bagi kesalahanmu, sedangkan wukufmu di Arafah maka Allah turun dari langit dunia dan membanggakan mereka kepada para malaikat seraya berfirman: “Mereka adalah hamba-hamba-Ku, datang kepada-Ku dalam keadaan kumal dan berdebu dari setiap penjuru dan mereka takut akan azab-Ku padahal mereka tidak melihat-Ku, apatah lagi jika mereka melihat-Ku. Seandainya dosa-dosamu sebanyak butiran pasir, atau sebanyak hari-hari dunia atau sebanyak tetesan air hujan maka Aku akan mensucikannya darimu. Sedangkan engkau melempar jumroh, maka hal itu akan dihitung sebagai simpananmu. Adapun engkau mencukur kepala maka setiap helai rambut yang berjatuhan dihitung sebagai kebaikanmu dan jika engkau thawaf di Baitullah, maka engkau akan keluar dari dosa-dosamu bagaikan orang yang baru dilahirkan ibunya” Shahih Jami’.

الْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلاَّ الْجَنَّةَ صحيح الجامع

“Haji yang mambrur tidak ada balasannya kecuali syurga” Shahih Jami’

AMAL SHALEH PADA HARI SEPULUH (PERTAMA) BULAN DZULHIJJAH

مَا مِنْ أَيَّامٍ الْعَمَلُ الصَّالِحُ أَحَبُّ إِلَى اللهِ فِيْهِنَّ مِنْ هَذِهِ الأَيَّامِ يَعْنِي عَشْرَةَ ذِي الْحِجَّةِ . قَالُوا وَلاَ الْجِهَادِ فِي سَبِيْلِ اللهِ ؟ قَالَ : وَلاَ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ إِلاَّ رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْجِعْ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ البخاري

“Tidak ada suatu hari yang amal sholeh didalamnya lebih dicintai Allah kecuali pada hari-hari ini yaitu sepuluh hari bulan Dzul Hijjah. Mereka berkata: “Tidak juga jihad di jalan Allah?”. Beliau bersabda: “Tidak juga jihad di jalan Allah kecuali seseorang yang keluar (berjihad) dengan dirinya dan hartanya dan tidak ada yang kembali darinya satupun” Bukhori.

UMROH

الْعُمْرَةُ إِلَى الْعُمْرَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُمَا مِنَ الذُّنُوْبِ وَالْخَطَايَا صحيح الجامع

“Antara umroh yang satu dengan umroh yang lain merupakan kaffarah (penghapus) dosa-dosa dan kesalahan” Shahih Jami’

عُمْرَةٌ فِي رَمَضَانَ كَحَجَّةٍ مَعِي صحيح الجامع

“Umroh di (bulan) Ramadhan bagaikan (melaksanakan ibadah) haji bersamaku” Shahih Jami’

تَابِعُوا بَيْنَ الْحَجِّ وَالْعُمْرَةِ فَإِنَّ مُتَابَعَةَ بَيْنِهِمَا تُنْفِي الْفَقْرَ وَالذُّنُوْبَ كَمَا يُنْفِي الْكِيْرُ خَبَثَ الْحَدِيْدِ

السلسلة الصحيحة

“Iringilah antara haji dan umroh, karena melaksanakan keduanya dapat menyingkirkan kefakiran sebagaimana tempaan api panas menghilangkan karat pada besi” Silsilah Shahihah

MENGUSAP HAJAR ASWAD DAN RUKUN YAMANI

إِنَّ مَسْحَ الْحَجْرِ الأَسْوَدِ وَالرُّكْنَ الْيَمَانِي يُحَطَّانِ الْخَطَاياَ حَطًّا صحيح الجامع

“Mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani menghapuskan kesalahan” Shahih Jami’

BERJIHAD DI JALAN ALLAH

لَغَدْوَةٌ أَوْ رَوْحَةٌ فِي سَبِيْلِ اللهِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيْهَا إرواء الغليل : 282

“Berangkat dipagi atau sore hari (saat berjihad) dijalan Allah lebih baik nilainya dari dunia dan seisinya” Irwa’ Al Ghalil 282

مَنْ اغْبَرَّتْ قَدَمَاهُ فِي سَبِيْلِ اللهِ حَرَّمَهُ اللهُ عَلَى النَّارِ إرواء الغليل

“Siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah, maka Allah haramkan baginya api neraka” Irwa’ul Ghalil

رِبَاطُ شَهْرٍ خَيْرٌ مِنْ صِيَامِ دَهْرٍ وَمَنْ مَاتَ مُرَابِطًا فِي سَبِيْلِ اللهِ أَمِنَ مِنَ الْفَزَعِ الأَكْبَرِ وَغَدَى عَلَيْهِ بِرِزْقِهِ وَرِيْحٍ مِنَ الْجَنَّةِ وَيُجْرَي عَلَيْهِ أَجْرَ الْمُرَابِطِ حَتَّى يَبْعَثَهُ اللهُ صحيح الجامع

“Berjihad selama sebulan lebih baik dari puasa selamanya dan siapa yang meninggal saat berjihad maka Allah lindungi dirinya dari kekalutan yang paling besar dan dia (di hari kiamat) akan berangkat membawa rizkinya dan wangi syurga serta pahalanya tetap dihitung sebagai pahala orang yang berjihad hingga hari kiamat” Shahih Jami’

مَوْقِفُ سَاعَةٍ فِي سَبِيْلِ اللهِ خَيْرٌ مِنْ قِيَامِ لَيْلَةِ الْقَدْرِ عِنْدِ الْحَجَرِ الأَسَوَدِ

“Sesaat berada dalam (jihad) di jalan Allah, hal itu lebih baik dari melakukan shalat malam pada Lailatul Qadar di hadapan Hajar Aswad”

INFAQ DI JALAN ALLAH

مَنْ أَنْفَقَ نَفَقَةً فِي سَبِيْلِ اللهِ كُتِبَتْ لَهُ سَبْعَمِائَةِ ضِعْفٍ مسلم

“Siapa yang berinfaq di jalan Allah maka dicatat baginya tujuh ratus kali lipat” Muslim

مَنْ جَهَّزَ غَازِياً فَقَدْ غَزَا وَمَنْ خَلَفَ غَازِيًا فِي أَهْلِهِ فَقَدْ غَزَا مسلم

“Siapa yang menyediakan (segala keperluan) bagi seorang yang berperang maka dia (dianggap) telah berjihad dan siapa yang memberikan jalan bagi keluarganya untuk berperang maka dia telah berperang” Muslim

JUJUR DAN AMANAH DALAM PERDAGANGAN DAN PERLAKUAN YANG BAIK

التَّاجِرُ الصَّدُوْقُ الأَمِيْنُ مَعَ النَّبِيِّيْنَ وَالصِّدِّيْقِيْنَ وَالشُّهَدَاءُ صحيح الترمذي

“Pedagang yang jujur dan terpercaya (nanti di hari kiamat akan dikumpulkan) bersama para nabi dan orang-orang yang benar serta para syuhada” Shahih Turmuzi

الْبَيْعَانِ بِالْخِيَارِ مَالَمْ يَتَفَرَّقَا فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَّا بُوْرِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا وَإِنْ كَذِبَا وَكَتَمَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا البخاري

“Penjual dan pembeli masih berada dalam keadan khiyar (boleh memilih antara jadi atau tidak) selama keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan menjelaskan (hal yang sebenarnya) maka keduanya diberkahi dalam jual belinya tersebut, dan jika keduanya berbohong dan menyembunyikan (hal yang sebenarnya) maka dihapuslah keberkahan jual belinya keduanya” Bukhori

أَدْخَلَ اللهُ رَجُلاً الْجَنَّةَ كَانَ سَهْلاً بَائِعاً وَمُشْتَرِيًا صحيح النسائي

“Allah ta’ala memasukkan kedalam syurga seseorang yang mudah dalam menjual dan membeli” Shahih An Nasa’i

MENJENGUK ORANG SAKIT

مَا مِنْ رَجُلٍ يَعُوْدُ مَرِيْضًا مُمْسِيًّا إِلا َّ خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ حَتَّى يُصْبِحَ وَمَنْ أَتَاهُ مُصْبِحٌ خَرَجَ مَعَهُ سَبْعُوْنَ أَلْفَ مَلَكٍ يَسْتَغْفِرُوْنَ لَهُ حَتَّى يُمْسِي صحيح الجامع

“Seseorang yang pada sore hari menjenguk orang sakit, maka saat keluar diringi oleh tujuh puluh ribu malaikat yang memohon ampunan untuknya hingga pagi hari dan siapa yang menjenguknya pada pagi hari maka saat dia keluar diringi tujuh puluh ribu malaikat yang memohon ampunan untuknya hingga sore hari” Shahih Jami’

MENSHALATKAN MAYIT DAN MENGANTAR JENAZAH

مَنْ شَهِدَ الْجَنَازَةَ حَتَّى يُصَلَّي عَلَيْهَا فَلَهُ قِيْرَاطٌ وَمَنْ شَهِدَهَا حَتَّى تُدْفَنُ فَلَهُ قِيْرَاطَانِ . (قِيْلَ : وَمَا الْقِيْرَاطَانِ ؟ ) قَالَ : مِثْلُ الْجَبَلَيْنِ الْعَظِيْمَيْنِ" مسلم

“Siapa yang menghadiri jenazah hingga dishalatkan maka baginya satu qirath dan siapa yang menyaksikannya hingga dimakamkan maka baginya dua qirath (dikatakan: Apakah yang dimaksud dua qirath ?) beliau bersabda: “Bagaikan dua gunung yang besar” Muslim

MEMANDIKAN MAYIT DAN MENGKAFANI

مَنْ غَسَلَ مَيْتاً فَسَتَرَهُ سَتَرَهُ اللهُ مِنَ الذُّنُوْبِ وَمَنْ كَفَنَهُ كَسَاهُ اللهُ مِنَ السُّنْدُسِ صحيح الجامع

“Siapa yang memandikan orang mati kemudian dia menutupinya maka Allah akan menutupkan dosa-dosanya, dan siapa yang mengkafaninya maka Allah akan mengenakannya (pakaian) dari Sundus” Shahih Jami’

BERHARAP PAHALA ATAS DATANGNYA MUSIBAH

يَقُوْلُ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ : ابْنُ آدَمَ إِنْ صَبَرْتَ وَاحْتَسَبْتَ عِنْدَ الصَّدْمَةِ اْلأُوْلَى لَمْ أَرْضَ لَكَ ثَوَاباً دُوْنَ الْجَنَّةِ صحيح ابن ماجه

“Allah ta’ala berfirman: Anak Adam… jika engkau sabar dan mengharapa pahala saat pertama kali datang musibah maka tidak ada balasan yang aku ridhoi kecuali syurga” Sahih Ibnu Majah.

SHADAQAH UNTUK YANG SUDAH MENINGGAL DAN KEUTAMAAN MEMBERIKAN AIR

عَنْ سَعْد بْنِ عُبَادَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّهُ قَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ أَنَّ أُمَّ سَعْدٍ مَاتَتْ فَأَيُّ الصَّدَقَةِ أَفْضَلُ ؟ قَالَ : الْمَاءُ قَالَ : فَحَفَرَ بِئْراً وَقَالَ : هَذِهِ ِلأُمِّ سَعْد صحيح ابن ماجه

“ Dari Saad bin ‘Ubadah radiallahuanhu, sesungguhnya dia berkata: Yaa Rasulullah sesungguhnya Ummu Sa’ad telah meninggal, shadaqah apakah yang paling utama ?”, beliau bersabda: “ Air “, maka dia menggali sumur lalu berkata: “ Ini (pahalanya) untuk Ummu Sa’ad ”.

Shahih Ibnu Majah.

DOA DARI KEJAUHAN

دَعْوَةُ الْمَرْءِ الْمُسْلِمِ ِلأَخِيْهِ بِظَهْرِ الْغَيْبِ مُسْتَجَابَةٌ عِنْدَ رَأْسِهِ مَلَكٌ مُوَكَّلٌ كُلَّمَا دَعَا ِلأَخِيْهِ بِخَيْرٍ قَالَ الْمَلَكُ الْمُوَكَّلُ بِهِ آمِيْن وَلَكَ بِمِثْل مسلم

“ Doa seorang muslim untuk saudaranya di kejauhan mustajab, dikepalanya terdapat malaikat yang di tugaskan, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya berupa kebaikan, maka malaikat yang ditugaskan tersebut berkata: “Amiin, dan engkaupun mendapatkan hal serupa “

Muslim


1. Maksudnya hari kiamat (penterjemah)

1. Onta merah adalah harta benda yang paling tinggi nilainya pada saat itu. (penterjemah)